Loading...

Perilaku Menyimpang : Pengertian, Ciri, Faktor Penyebab, Macam/Jenis, Bentuk, Teori, dan Upaya Penanggulangannya

Advertisement

Dalam era globalisasi yang sarat dengan teknologi canggih di mana setiap individu tidak peduli lagi dengan nilai dan norma, perilaku menyimpang mudah ditemukan dalam kehidupan masyarakat. Secara sadar atau tidak sadar kita pernah mengalami atau melakukan perilaku menyimpang.


Perilaku menyimpang dapat terjadi di mana pun, kapan pun, dan dapat dilakukan oleh siapa pun. Sejauh mana penyimpangan itu terjadi, besar atau kecil tentu akan berakibat terganggunya keseimbangan masyarakat.


1. Pengertian Perilaku Menyimpang


Perilaku Menyimpang : Pengertian, Ciri, Faktor Penyebab, Macam/Jenis, Bentuk, Teori, dan Upaya Penanggulangannya


Perilaku menyimpang yang lazim disebut dengan nonkonformitas merupakan tindakan yang dilakukan oleh individu perorangan atau kelompok dalam masyarakat untuk menghidar dari nilai dan norma. Prilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan kaidah dinamakan menyimpang atau suatu perbuatan disebut menyimpang bilamana perbuatan ini dinyatakan sebagai menyimpang.


Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilakuyang tidak menyimpang yang sering disebut dengankonformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yangdi dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapankelompok.


Beberapa ahli sosiologi memberikan definisi perilaku menyimpang (penyimpangan sosial) sebagai berikut.


a. Robert M.Z. Lawang


Menurut RobertM.Z. Lawang (1985), perilaku menyimpang merupakan semua tindakan yang menyimpang dari norma norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang.


b. Paul B. Horton


Mengutarakan bahwa penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma norma kelompok atau masyarakat.


c. James W. Vander Zaden


Penyimpangan sosial adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang terceladan di luar batas toleransi.


d. Bruce J. Cohen


Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.


e. Becker


Perilaku menyimpang bukanlah kualitas yang dilakukan orang, melainkan konsekuensi dari adanya suatu peraturan dan penerapan sangsi yang dilakukan oleh orang lain terhadap pelaku tindakan tersebut.


f. Lewis Coser


Mengemukakan bahwa perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial.


Dari pengertian pengertian perilaku menyimpang tersebut maka dapat disimpulkan perilaku menyimpang adalah suatu perilaku yang diekspresikan oleh seseorang atau beberapa orang anggota masyarakat yang disadari atau tidak telah menyimpang dari norma norma yang berlaku yang telah diterima oleh sebagian besar anggota masyarakat.


2. Ciri Ciri Perilaku Menyimpang


Banyak ahli telah meneliti tentang ciri ciri perilaku menyimpang dimasyarakat. Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1996), ciri ciri yang bisa diketahui dari perilaku menyimpang sebagai berikut.


a. Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak


Perilaku menyimpang tidak selamanya negatif, adakalanya penyimpangan bisa diterima masyarakat, misalnya wanita karier. Adapun pembunuhan dan perampokan merupakan penyimpangan sosial yang ditolak masyarakat.


b. Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal


Budaya ideal adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Akan tetapi pada kenyataannya tidak ada seorang pun yang patuh terhadap segenap peraturan resmi tersebut karena antara budaya nyata dengan budaya ideal selalu terjadi kesenjangan.


Artinya, peraturan yang telah menjadi pengetahuan umum dalam kenyataan kehidupan sehari hari cenderung banyak dilanggar.


c. Penyimpangan harus dapat didefinisikan


Perilaku dikatakan menyimpang atau tidak harus bisa dinilai berdasarkan kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya.


d. Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak


Semua orang pernah melakukan penyimpangan sosial, tetapi pada batas batas tertentu yang bersifat relatif untuk semua orang. Dikatakan relatif karena perbedaannya hanya pada frekuensi dan kadar penyimpangan.


Jadi secara umum, penyimpangan yang dilakukan setiap orang cenderung relatif. Bahkan orang yang telah melakukan penyimpangan mutlak lambat laun harus berkompromi dengan lingkungannya.


e. Penyimpangan sosial bersifat adaptif (menyesuaikan)


Penyimpangan sosial tidak selamanya menjadi ancaman karena kadang kadang dapat dianggap sebagai alat pemikiran stabilitas sosial.


f. Terdapat norma norma penghindaran dalam penyimpangan


Norma penghindaran adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan mereka, tanpa harus menentang nilai nilai tata kelakukan secara terbuka. Jadi norma norma penghindaran merupakan bentuk penyimpangan perilaku yang bersifat setengah melembaga.


3. Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang


Ada empat faktor penyebab perilaku menyimpang, yaitu ketidaksempurnaan sosialisasi, menganut suatu kebudayaan menyimpang, kesalahan memahami informasi, dan ikatan sosial menyimpang.


a. Ketidaksempurnaan Sosialisasi Nilai-nilai


Perilaku manusia dikendalikan oleh nilai dan norma sosial. Nilai dan norma tersebut diterima seorang individu melalui proses sosialisasi. Sosialisasi dialami seseorang melalui berbagai media. Apabila di antara media media itu tidak sejalan dalam menyosialisasikan nilai dan norma, maka terjadilah ketidaksempurnaan sosialisasi.


Salah satunya adalah ketidakselarasan antara sosialisasi dirumah, di sekolah, dan di masyarakat. Misalnya, sekolah menanamkan nilai kesehatan sehubungan dengan bahaya rokok. Siswa dilarang merokok karena tidak baik untuk kesehatan. Namun, dirumah ayahnya sendiri merokok, dan di masyarakat merokok menjadi perilaku umum.


Akibatnya, nilai nilai yang disosialisasikan di sekolah tentang bahaya merokok tidak berhasil. Berbagai anjuran guru yang didasari alasan ilmiah sekalipun tidak akan dipercaya siswa, apabila guru tersebut, atau guru guru lain di sekolah itu juga tampak sering merokok.


b. Ikatan Sosial Menyimpang


Di dalam masyarakat terdapat berbagai individu yang berbeda perilaku dan kebiasaannya. Ada yang hidup tertib dan santun karena sudah mapan secara sosial ekonomi, namun ada pula yang kurang beruntung sehingga kekecewaan hidup itu mereka terlampiaskan lewat berbagai perilaku keseharian yang menyimpang dari norma norma.


Di sisi lain, setiap orang cenderung memilih teman bergaul. Apabila orang yang dipilih baik, maka baiklah perilakunya. Sebaliknya, apabila teman bergaulnya berperilaku menyimpang, maka dia pun akan ikut berperilaku menyimpang.


c. Kesalahan Memahami Informasi


Penggambaran peristiwa, berita, dan tayangan tayangan yang menampilkan perilaku menyimpang sangat berpotensi untuk ditiru oleh masyarakat. Hal ini, karena mayoritas masyarakat kita belum terbiasa menyeleksi atau menganalisis secara kritis terhadap berbagai informasi yang datang.


Masyarakat cenderung untuk menerima mentah mentah dan menganggapnya sebagai hal yang lumrah. Contoh yang aktual dapat dilihat dari media televisi di masyarakat antara lain informasi informasi kriminalitas, perselingkuhan artis, sinetron sinetron yang menceritakan konflik warisan, dan lain lain.


Informasi dan acara acara tersebut memperoleh apresiasi yang tinggi dari masyarakat, sehingga secara tidak langsung mereka terobsesi untuk apa yang ditayangkan media televisi. Pengaruh terbesar biasanya terjadi pada anak anak yang belum dapat secara optimal menyeleksi informasi yang ada.


Para pengelola televisi mungkin menyadari bahwa program program tersebut mempunyai dampak serius di masyarakat, namun kepentingan untuk meraih keuntungan nampak lebih penting daripada dampak dampak sosial yang terjadi.


d. Menganut Nilai nilai Subkebudayaan Menyimpang


Masyarakat adalah satu kesatuan hidup bersama yang memiliki kebudayaan. Di dalam suatu masyarakat terdapat bagian bagian (sub sub) atau kelompok kelompok orang. Setiap kelompok memiliki ciri ciri kebudayaan tersendiri, namun masih merupakan bagian dari keseluruhan masyarakat itu. Inilah yang dinamakan sub kebudayaan. Ada kalanya sub kebudayaan menganut tata nilai yang menyimpang.


Misalnya, sekelompok warga masyarakat yang sehari hari hidup dalam dunia pelacuran, perjudian, dan berbagai kehidupan malam tidak sehat lainnya. Penyimpangan perilaku bersumber dari pergaulan dengan orang atau kelompok yang menerapkan nilai dan norma yang berbeda (differential association).


Nilai dan norma yang berbeda dipelajari melalui proses alih budaya (culture transformation). Melalui proses alih budaya seseorang menyerap sub kebudayaan menyimpang (deviant subculture) dari lingkungan tertentu dalam masyarakat.


4. Macam Macam Perilaku Menyimpang


Perkembangan zaman yang semakin maju, mampu memicu pertumbuhan perilaku menyimpang dalam masyarakat. Terlebih dalam era globalisasi saat ini, di mana budaya budaya Barat masuk tanpa adanya suatu filter yang kuat. Orang dengan sangat mudah menerima hal hal dari luar walaupun tidak sesuai dengan kepribadian kita sebagai bangsa Indonesia.


Hal inilah yang menjadikan perilaku menyimpang membudaya di masyarakat. Nilai dan norma mulai tidak diindahkan, alhasil muncullah berbagai macam perilaku menyimpang di masyarakat. Macam macam perilaku menyimpang tersebut antara lain sebagai berikut.


a. Perjudian


Perjudian dalam hal ini merupakan kegiatan sosial yang melibatkan uang (sesuatu yang berharga di mana pemenang memperoleh uang dari yang kalah). Perjudian dalam masyarakat kita dapat dijumpai di berbagai lapisan masyarakat.


Bentuk bentuk perjudian pun beranekaragam mulai dari yang tradisional seperti perjudian dadu, sabung ayam, permainan ketangkasan, sampai pada penggunaan teknologi canggih seperti judi melalui telepon genggam atau internet.


Walaupun perilaku berjudi memiliki banyak efek samping yang merugikan bagi si penjudi dan keluarganya, namun tetap saja mereka sulit untuk meninggalkan perilaku berjudi jika sudah terlanjur mencobanya.


b. Minuman Keras (Miras)


Arak atau minuman keras merupakan minuman beralkohol yang menyebabkan seseorang menjadi mabuk, tidak sadarkan diri, terlena, dan merasa bahagia. Oleh karena itu, ketika seseorang merasa berat menahan beban hidupnya, orang tersebut meneguk minuman ini.


Menurutnya, dengan mengonsumsi minuman keras segala permasalahan dan beban hidup menjadi hilang. Namun, biasanya minuman keras mengakibatkan atau menimbulkan hal negatif bagi si peminumnya.


c. Penyalahgunaan Narkotik


Pemakaian obat obatan narkotik sangat berbahaya dan dapat mengakibatkan pengaruh buruk baik fisik maupun psikis. Walaupun penggunaan narkotik dan zat adiktif lainnya dalam takaran tertentu memang bermanfaat.


Orang menyalahgunakan narkotik memiliki alasan yang beragam, dari sekadar coba coba,menghilangkan rasa rendah diri, rasa takut, rasa jengkel, rasa malu, sampai dengan pelarian masalah yang sedang dihadapinya.


Pada umumnya, seseorang yang memakai atau meminum obat obatan terlarang dapat menyebabkan mabuk dan menghilangkan kesadaran. Oleh karena itu, banyak kasus kejahatan seperti perampokan, perbuatan asusila, kenakalan remaja, disebabkan pemakaian obat obatan terlarang.


d. Tawuran Pelajar


Sebagian para pelajar berpendapat bahwa dengan tawuran dapat menunjukkan kejantanan dan sportivitas. Umumnya, tawuran diawali dari hal hal yang sepele bahkan hanya menyangkut dua orang saja dari dua sekolah yang berbeda.


Tawuran pelajar sebagai perilaku menyimpang seharusnya mendapat perhatian yang sungguh sungguh, karena jika terjadi tawuran, maka nilai nilai dan norma norma serta merta dilanggar. Akibatnya, tawuran pelajar berdampak terhadap perilaku menyimpang lanjutan. Misalnya: merusak, menganiaya, menyakiti, dan bahkan membunuh. Tidak jarang yang menjadi korban justru yang tidak terlibat.


5. Bentuk Bentuk Perilaku Menyimpang


Di masyarakat kita mengenal bentuk bentuk penyimpangan yang terdiri atas penyimpangan individual (individual deviation), penyimpangan kelompok (group deviation), dan penyimpangan gabungan dari keduanya (mixture of both deviation). Terkadang ada pula yang menambahkan dengan penyimpangan primer (primary deviation) dan penyimpangan sekunder (secondary deviation).


a. Penyimpangan Individual (Individual Deviation)


Penyimpangan ini biasanya dilakukan oleh orang yang telah mengabaikan dan menolak norma norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Orang seperti itu biasanya mempunyai kelainan atau mempunyai penyakit mental sehingga tidak dapat mengendalikan dirinya.


Contohnya seorang anak yang ingin menguasai warisan atau harta peninggalan orang tuanya. Ia mengabaikan saudara saudaranya yang lain. Ia menolak norma norma pembagian warisan menurut adat masyarakat maupun menurut norma agama. Ia menjual semua peninggalan harta orang tuanya untuk kepentingan diri sendiri.


Penyimpangan yang bersifat individual sesuai dengan kadar penyimpangannya dibedakan atas :


1) Pembandel, yaitu penyimpangan karena tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik.


2) Pembangkang, yaitu penyimpangan karena tidak taat pada peringatan orang orang.


3) Pelanggar, yaitu penyimpangan karena melanggar norma norma umum yang berlaku. Misalnya orang yang melanggar rambu rambu lalu lintas pada saat di jalan raya.


4) Perusuh atau penjahat, yaitu penyimpangan karena mengabaikan norma norma umum sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya. Misalnya pencuri, penjambret, penodong, dan lain lain.


5) Munafik, yaitu penyimpangan karena tidak menepati janji, berkata bohong, berkhianat, dan berlagak membela.


b. Penyimpangan Kelompok (Group Deviation)


Penyimpangan ini dilakukan oleh sekelompok orang yang tunduk pada norma kelompoknya, namun bertentangan dengan norma masyarakat yang berlaku. Penyimpangan ini terjadi dalam sub kebudayaan menyimpang yang umumnya telah memiliki norma, nilai, sikap, dan tradisi sendiri, sehingga cenderung untuk menolak norma norma yang berlaku dalam masyarakat yang lebih luas.


Contohnya kelompok orang yang menyelundupkan serta menyalahgunakan narkotika dan obat obatan terlarang lainnya, teroris, kelompok preman, dan separatis. Mereka memiliki aturan aturan sendiri yang harus dipatuhi oleh anggotanya.


c. Penyimpangan Campuran (Mixture of Both Deviation)


Sebagian remaja yang putus sekolah (penyimpangan individual) dan pengangguran yang frustasi (penyimpangan individual), biasanya merasa tersisih dari pergaulan dan kehidupan masyarakat. Mereka sering berpikir seperti anak orang berkecukupan, yang akhirnya menempuh jalan pintas untuk hidup enak.


Di bawah pimpinan seorang tokoh yang terpilih karena kenekatan dan kebrutalannya, mereka berkelompok dalam organisasi rahasia (penyimpangan kelompok) dengan memiliki norma yang mereka buat sendiri. Pada dasarnya norma yang mereka buat bertentangan dengan norma yang berlaku umum di masyarakat.


d. Penyimpangan Primer (Primary Deviation)


Penyimpangan ini dilakukan oleh seseorang, di mana hanya bersifat temporer atau sementara dan tidak berulang ulang. Individu yang melakukan penyimpangan ini masih dapat diterima oleh masyarakat karena hidupnya tidak didominasi oleh pola perilaku menyimpang tersebut dan di lain kesempatan tidak akan melakukannya lagi.


Misalnya seorang siswa yang terlambat masuk sekolah karena ban sepeda motornya bocor, seseorang yang menunda pembayaran pajak karena alasan keuangan yang tidak mencukupi, atau pengemudi kendaraan bermotor yang sesekali melanggar rambu rambu lalu lintas.


e. Penyimpangan Sekunder (Secondary Deviation)


Penyimpangan ini dilakukan oleh seseorang secara terus menerus, sehingga akibatnya pun cukup parah serta mengganggu orang lain. Dalam penyimpangan ini, seseorang secara khas memperlihatkan perilaku menyimpang yang secara umum dikenal sebagai seorang yang menyimpang.


Masyarakat tidak dapat menerima dan tidak menghendaki individu semacam itu hidup bersama dalam masyarakat mereka. Misalnya seorang siswa yang sering tidak masuk sekolah tanpa keterangan.


6. Teori Teori Penyimpangan


Karena perilaku menyimpang sering terjadi di tengah kehidupan masyarakat, hal ini menarik perhatian para sosiolog untuk mengadakan penelitian. Dari penelitian yang intensif dihasilkan beberapa teori tentang perilaku menyimpang. Di antaranya adalah teori fungsi, teori pergaulan berbeda, teori labeling, dan teori adaptasi.


a. Teori Fungsi


Emille Durkheim menyatakan bahwa kejahatan itu perlu agar moralitas dan hukum dapat berkembang secara normal. Pernyataan tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa kejahatan memang selalu ada karena orang yang berwatak jahat tidak mungkin dimusnahkan dari muka bumi.


Justru karena adanya kejahatan itulah masyarakat perlu mengupayakan tegaknya hukum dan moralitas. Jadi Emille Durkheim menganggap bahwa kejahatan itu berfungsi bagi masyarakat agar menegakkan sistem hukum.


b. Teori Anomi


Teori menyatakan bahwa masyarakat kompleks cenderung menjadi masyarakat tanpa norma, yang tidak memberikan pedoman jelas yang dapat dipelajari dan dipatuhi orang.


c. Teori Biologis


Seperti dikemukakan Bruce J. Cohen (1992), di antara ahli pendukung teori biologis antara lain Lombroso dan Kretschmer. Menurut teori ini, beberapa tipe tubuh tertentu lebih cenderung melakukan perilaku menyimpang dibanding tipe tipe tubuh lainnya.


Secara umum, tubuh manusia dibedakan menjadi tiga tipe: endomorph (bundar, halus, gemuk), mesomorph (berotot, atletis), dan ectomorph (tipis, kurus). Setiap tipe memiliki kecenderungan sifat sifat kepribadian dan perilaku tertentu. Penemuan ahli dari teori ini menyebutkan bahwa para pecandu minuman keras dan penjahat umumnya memiliki tipe tubuh mesomorph.


d. Teori Labeling


Pelopor Teori Labeling adalah Edwin M. Lemert. Teori ini mengatakan bahwa perilaku menyimpang disebabkan oleh adanya predikat (cap atau julukan) yang diberikan oleh masyarakat. Seseorang yang telah melakukan perilaku menyimpang pada tahap pertama (tahap primer) oleh masyarakat segera dicap sebagai “orang yang berperilaku menyimpang”.


Predikat seperti itu mengakibatkan seseorang mengalami sakit hati sehingga terdorong untuk melakukan penyimpangan berikutnya (tahap skunder).


e. Teori Transmisi Budaya


Teori transmisi budaya merupakan perkembangan lebih jauh dariteori sosialisasi. Misalnya yang dikemukakan Shaw dan Mc Kay (Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, 1996) bahwa di kampong kampung yang berantakan dan tidak terorganisasi secara baik, perilaku jahat merupakan hal yang normal.


Pada wilayah semacam ini, para pemuda berkenalan dengan nilai nilai dan perilaku menyimpang yang tertanam dalam kepribadian mereka. Jadi, kebudayaan menyimpang masyarakat secara perlahan ditransmisikan kepada warganya menjadi bagian dari kepribadian warga tersebut.


Wilayah yang mayoritas warganya berperilaku menyimpang atau jahat oleh Shaw dan Mc Kay disebut wilayah kejahatan (delinguency area).


f. Teori konflik


Menurut teori konflik, bahwa kejahatan terkait erat dengan perkembangan kapitalisme. Perilaku menyimpang diciptakan oleh kelompok kelompok berkuasa dalam masyarakat untuk melindungi kepentingan sendiri. Hukum merupakan cerminan kepentingan kelas yang berkuasa dan sistem peradilan pidana mencerminkan kepentingan mereka.


Orang miskin yang melakukan pelanggaran dihukum sedangkan pengusaha besar yang melakukan pelanggaran tidak dibawa ke pengadilan. Demikian menurut pendapat Karl Marx.


g. Teori Pergaulan Berbeda


Berbeda dengan Emille Durkheim, Edwin H. Sutherland mengetengahkan teori Differential Association (Pergaulan Berbeda). Menurut teori ini perilaku menyimpang disebabkan oleh pergaulan yang berbeda. Pada dasarnya perilaku menyimpang merupakan perilaku yang keluar dari standar nilai dan norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.


Pergaulan dengan budaya lain yang memiliki standar nilai dan norma yang berbeda merupakan suatu proses bagi terbentuknya perilaku menyimpang. Misalnya kebiasaan minum minuman beralkohol yang ditiru dari kehidupan masyarakat Barat.


h. Teori Adaptasi


Robert K. Merton mengemukakan Teori Adaptasi yang mengatakan bahwa perilaku menyimpang merupakan suatu bentuk adaptasi terhadap situasi tertentu yang berbeda dengan kebiasaan yang ada. Dengan teori seperti ini Robert K. Merton ingin mengatakan bahwa perilaku menyimpang terjadi pada masa transisi terhadap sistem nilai dan sistem norma yang baru.


i. Teori sosialisasi


Teori ini menghubungkan penyimpangan dengan ketidak mampuan untuk menghayati nilai dan norma yang dominan di masyarakat. Ketidakmampuan mungkin disebabkan oleh sosialisasi dalam kebudayaan yang menyimpang.


j. Teori pengendalian


Teori ini menghubungkan penyimpangan dengan lemahnya ikatan ikatan dengan lembaga lembaga sosial di masyarakat, seperti keluarga, sekolah dan pekerjaan. Teori pengendalian memandang norma yang diakui dan pemberian hukuman yang sistematis sebagai alat kendalii yang bermanfaat.


k. Teori psikologis


Teori menganggap bahwa ketidakmampuan menyesuaikan diri secara psikologislah yang merupakan penyebab penyimpangan.


7. Sifat Sifat Perilaku Menyimpang


Dalam masyarakat kita mengenal dua sifat perilaku menyimpang yaitu perilaku menyimpang yang bersifat positif dan perilaku menyimpang yang bersifat negatif.


a. Penyimpangan yang Bersifat Positif


Penyimpangan yang bersifat positif adalah penyimpangan yang tidak sesuai dengan aturan aturan atau norma norma yang berlaku, tetapi mempunyai dampak positif terhadap sistem sosial. Atau dengan kata lain, penyimpangan yang terarah pada nilai nilai sosial yang ideal (didambakan) walaupun cara atau tindakan yang dilakukan itu seolah olah atau tampaknya menyimpang dari norma yang berlaku, padahal sebenarnya tidak.


Seseorang dikatakan menyimpang secara positif apabila dia berusaha merealisasikan suatu cita cita, namun masyarakat pada umumnya menolak atau tidak dapat menerima caranya. Akibatnya orang tersebut akan menerima celaan dari masyarakat.


b. Penyimpangan yang Bersifat Negatif


Penyimpangan negatif adalah kecenderungan bertindak kearah nilai nilai sosial yang dipandang rendah dan akibatnya selalu buruk. Jenis tindakan seperti ini dianggap tercela dalam masyarakat. Si pelaku bahkan bisa dikucilkan dari masyarakat.


Bobot penyimpangan negatif itu diukur menurut kaidah susila dan adat istiadat, sehingga sanksi yang diberikan kepada pelanggarnya dinilai lebih berat daripada pelanggaran terhadap tata cara dan sopan santun. Contohnya pencurian, perampokan, pelacuran, dan pemerkosaan.


8. Upaya Penanggulangan Perilaku Menyimpang


Demi terciptanya suatu konformitas dalam masyarakat, pemerintah melakukan berbagai upaya pencegahan penyimpangan. Namun, usaha ini tidak akan berhasil tanpa adanya kerja sama antara individu dan pemerintah. Upaya upaya tersebut antara lain sebagai berikut.


a. Penanaman Nilai dan Norma yang Kuat


Penanaman nilai dan norma dilakukan melalui sosialisasi. Dalam hal ini, yang paling berperan adalah media media sosialisasi yang ada. Adapun tujuan penanaman nilai dan norma pada diri individu yaitu:


- Pembentukan konsep diri,

- Pengembangan keterampilan,

- Pengendaliandiri,

- Pelatihan komunikasi, 

- Pembiasaan aturan.


Tercapainya semua tujuan tujan tersebut menjadikan proses sosialisasi menjadi ideal, yang pada akhirnya seseorang tahu betul yang baik dan manayang buruk, mana yang sesuai dengan norma dan mana yang melanggar norma. Dengan demikian, penanaman nilai dan norma yang kuat pada diri individu menjadikannya berperilaku sesuai dengan harapan masyarakat.


b. Penyuluhan Penyuluhan


Pemerintah berperan besar dalam upaya penanggulangan perilaku menyimpang. Melalui jalur penyuluhan, penataran ataupun diskusi diskusi dapat disampaikan kepada masyarakat tentang penyadaran kembali akan pelaksanaan nilai, norma, dan peraturan yang berlaku. Dengan upaya ini, diharapkan setiap masyarakat memahami nilai, norma, dan peraturan yang berlaku.


Di mana kesemuanya mempunyai tujuan yang baik yaitu menciptakan suatu kondisi yang aman, serta nyaman. Kondisi ini mendukung perkembangan pribadi individu ke arah yang lebih baik. Bagi para pelaku penyimpangan sosial, penyuluhan akan nilai, norma, serta peraturan yang berlaku perlu dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan.


c. Pelaksanaan Peraturan yang Konsisten


Keadaan yang nyaman dan aman dapat pula terbentuk melalui peraturan yang tegas. Segala bentuk peraturan yang dikeluarkan pada hakikatnya adalah usaha mencegah adanya tindak penyimpangan, sekaligus juga sebagai sarana/alat penindak laku penyimpangan.


Namun, apa yang akan terjadi jika peraturan yang dikeluarkan tidak konsisten? Jelas, akan menimbulkan tindak penyimpangan.

Post a Comment

Mohon berkomentar secara bijak dengan bahasa yang sopan dan tidak keluar dari topik permasalahan dalam artikel ini. Dan jangan ikut sertakan link promosi dalam bentuk apapun.
Terimakasih.

emo-but-icon

Home item

Materi Terbaru