Interaksi Sosial : Pengertian, Jenis/Macam, Syarat Utama, Ciri, Faktor, Tahapan + Tingkat Hubungan (Dangkal & Dalam)
Banyaknya kebutuhan hidup manusia mendorong individu satu bergaul dengan individu yang lain. Dalam pergaulan antar individu, setiap individu melakukan tindakan tertentu agar kebutuhan hidupnya terpenuhi. Hal ini merupakan bukti bahwa individu membutuhkan keberadaan individu yang lain.
Oleh karena itu, mereka menjalin hubungan baik dengan orang –orang di sekitarnya. Hubungan antar individu mendorong dinamika kehidupan masyarakat. Proses tersebut menghasilkan kajian sosiologi tentang interak si sosial. Bagaimana interaksi sosial yang berlangsung di masyarakat? Inilah yang akan kita pelajari sekarang.
1. Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi sosial berasal dari istilah dalam bahasa Inggris “social interaction” yang berarti saling bertindak. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, bersifat timbal balik antar individu, antar kelompok, dan antara individu dengan kelompok.
Interaksi sosial merupakan intisari kehidupan sosial. Artinya, kehidupan sosial dapat terwujud dalam berbagai bentuk pergaulan. Melakukan bersalaman, menyapa, berbicara dengan orang lain, sampai perdebatan yang terjadi di sekolah merupakan contoh interaksi sosial. Pada gejala seperti itulah, kita menyaksikan salah satu bentuk kehidupan sosial.
Dengan demikian, hubungan sosial antar manusia terjalin dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup bersama. Dalam hubungan itu satu sama lain saling memengaruhi. Seorang pedagang sayur membutuhkan jasa seorang sopir untuk mengangkut barang dagangannya ke pasar.
Sebaliknya, sang sopir membutuhkan pedagang sayur agar ia dapat memperoleh uang secara halal dengan cara mengantarkannya ke pasar. Hubungan timbal balik seperti itu disebut interaksi sosial. Tepatnya, interaksi sosial dipahami sebagai hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok satu dengan kelompok lainnya.
2. Jenis –Jenis Interaksi Sosial
Seperti terlihat dalam definisi di atas, interaksi sosial selalu melibatkan dua orang atau lebih. Oleh karena itu, terdapat tiga jenis interaksi sosial, yaitu interaksi antara individu dengan individu, antara kelompok dengan kelompok, dan antara individu dengan kelompok.
a. Interaksi antara Individu dengan Individu
Interaksi sosial antar individu ialah hubungan timbal balik yang terjadi antara orang perseorangan. Hubungan terjadi karena adanya pengaruh, reaksi atau tanggapan yang diberikan oleh salah satu individu. Bentuk interaksi antar individu ini dapat berlangsung secara verbal seperti tersenyum atau mengedipkan mata. Dapat pula secara fisik terjadi kontak fisik, misalnya berjabat tangan.
Pola interaksi individu dengan individu ditekankan pada aspek –aspek individual, yang setiap perilaku didasarkan pada keinginan dan tujuan pribadi, dipengaruhi oleh sosio –psikis pribadi, dan akibat dari hubungan menjadi tanggung jawabnya.
Contohnya, seseorang sedang tawar menawar barang dengan pedagang di kaki lima; dua insan sedang berkasih –kasihan; orang –orang bertemu di jalan dan saling menyapa. Untuk mengukur keakraban seseorang, umumnya digunakan sosiometri seperti pada bagan berikut ini.
Dari sosiometri tersebut dapat diketahui beberapa hal berikut.
1) Makin sering seseorang bergaul dengan orang lain, hubungannya akan semakin baik. Sebaliknya, makin sedikit atau jarang bergaul ia akan terasing atau terisolasi.
2) Keintiman seseorang sangat bergantung pada frekuensi dan intensitasnya melakukan pergaulan.
3) Dalam pergaulan, seseorang akan memilih atau menolak siapa yang akan dijadikan temannya.
b. Interaksi antara Kelompok dengan Kelompok
Interaksi jenis ini terjadi pada kelompok sebagai satu –kesatuan, bukan sebagai pribadi –pribadi anggota kelompok yang bersangkutan. Maksudnya kepentingan individu dalam kelompok merupakan satu –kesatuan yang berhubungan dengan kepentingan individu dalam kelompok lain. Contohnya pertandingan antar tim kesebelasan sepak bola. Mereka bermain untuk kepentingan kesebelasannya (kelompok).
c. Interaksi antara Individu dengan Kelompok
Setiap individu yang memiliki kepentingan dan tujuan yang sama dengan individu lainnya akan tergabung dalam kelompok –kelompok sosial. Kepentingan inidvidu melebur menjadi kepentingan kelompok. Perbedaan kepentingan dan tujuan antar kelompok ini akan melahirkan interaksi.
Contoh peringatan 17 Agustusan di Kampung yang melibatkan kerja sama antar kelompok Karang Taruna, kelompok Posyandu dan kelompok Remaja Masjid.
Pola interaksi individu dengan kelompok memiliki beberapa bentuk ideal yang merupakan deskripsi atau gambaran dari pola interaksi yang ada di masyarakat. Harold Leavitt, menggambarkan terdapat empat pola interaksi ideal, yaitu pola lingkaran, pola huruf X, pola huruf Y, dan pola garis lurus.
- Pola lingkaran merupakan pola interaksi yang menunjukkan adanya kebebasan dari setiap anggota untuk berhubungan dengan pihak manapun dalam kelompoknya (bersifat demokratis), baik secara vertikal maupun horizontal. Akan tetapi, pola ini sulit dalam menentukan keputusan karena harus ditetapkan bersama.
- Pola huruf X dan Y ditandai dengan terbatasnya hubungan antaranggota kelompok sebab hubungan harus dilakukan melalui birokrasi yang kaku, tetapi mekanisme kelompok mudah terkendali karena adanya pemimpin yang dapat menguasai dan mengatur anggotanya walaupun dipaksakan.
- Pola garis lurus hampir sama dengan pola huruf X dan Y, yang di dalamnya hubungan antaranggota tidak dilakukan secara langsung atau melalui titik sentral. Akan tetapi, pihak yang akan menjadi mediator dalam hubungan tersebut, bergantung pada individu –Individu yang akan berhubungan seperti pada pola lingkaran.
3. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Syarat utama terjadinya suatu interaksi sosial adalah adanya kontak sosial (social contact) dan komunikasi (communication).
a. Kontak Sosial
Kontak berasal dari kata con atau cum yang berarti bersama –sama dan tango yang berarti menyentuh. Jadi, kontak berarti bersentuhan badan. Perkembangan selanjutnya, kata kontak berarti hubungan dengan menggunakan pembicaraan, telepon, telegram, surat, siaran radio, siaran TV, internet, dan lain –lain.
Kita membedakan kontak berdasarkan cara, sifat, bentuk, dan tingkat hubungannya.
1) Berdasarkan Cara
Kita mengenal dua macam kontak dilihat dari caranya, yaitu kontak langsung dan kontak tidak langsung.
a) Kontak langsung terjadi secara fisik.Misalnya dengan berbicara, tersenyum, atau bahasa gerak (isyarat).
b) Kontak tidak langsung terjadi melalui media atau perantara tertentu, seperti pesawat telepon, radio, televisi, telegram, surat, dan lain –lain.
2) Berdasarkan Sifat
Berdasarkan sifatnya, kita mengenal tiga macam kontak, yaitu kontak antar individu, antara individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok.
a) Kontak antar individu, misalnya tindakan seorang anak mempelajari kebiasaan –kebiasaan dalam keluarganya.
b) Kontak antara kelompok dengan kelompok, misalnya pertandingan bola voli antarsiswa SMA se-Jakarta.
c) Kontak antara individu dengan kelompok, misalnya tindakan seorang guru yang sedang mengajar siswanya agar mereka mempunyai persepsi yang sama tentang sebuah masalah. Contohnya guru tari yang melatih beberapa murid, sehingga terjadi persamaan gerak di antara mereka.
3) Berdasarkan Bentuk
Dilihat dari bentuknya, kita mengenal dua macam kontak, yaitu kontak positif dan kontak negatif.
a) Kontak positif mengarah pada suatu kerja sama. Misalnya seorang pedagang melayani pelanggannya dengan baik dan si pelanggan merasa puas dalam transaksi tersebut.
b) Kontak negatif mengarah pada suatu pertentangan, bahkan berakibat putusnya interaksi sebagaimana tampak dalam perang Lebanon dan Israel.
4) Berdasarkan Tingkat Hubungan
Menurut tingkat hubungannya, kita mengenal kontak primer dan kontak sekunder.
a) Kontak primer terjadi apabila orang yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan bertatap muka. Misalnya orang yang saling berjabat tangan, saling melempar senyum, dan sebagainya.
b) Kontak sekunder memerlukan suatu perantara atau media, bisa berupa orang atau alat. Selain itu juga dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Kontak sekunder langsung misalnya berbicara melalui telepon.
b. Komunikasi
Secara etimologi kata komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communicare yang artinya berhubungan. Komunikasi memiliki tujuan yaitu untuk menyampaikan pesan atau keinginan dari pihak komunikator kepada pihak komunikan agar pihak komunikan mengerti dan atau melaksanakan pesan dan keinginan komunikator.
Komunikasi memiliki maksud yang luas dibandingkan dengan kontak, karena komunikasi dapat memiliki dan menimbulkan beberapa penafsiran yang berbeda –beda. Seperti tersenyum dapat ditafsirkan sebagai penghormatan atau ejekan terhadap seseorang.
Dalam komunikasi terdapat empat unsur, yaitu pengirim, penerima, pesan, dan umpan balik.
1) Pengirim (sender) atau yang biasa disebut communicator adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada orang lain.
2) Penerima (receiver) yang biasa disebut communicant adalah pihak yang menerima pesan dari sender.
3) Pesan (message) adalah isi atau informasi yang disampaikan pengirim kepada penerima.
4) Umpan balik (feed back) adalah reaksi dari penerima atas pesan yang diterima.
4. Ciri –Ciri Interaksi Sosial
Interaksi sosial yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat pada hakikatnya mempunyai ciri –ciri berikut ini.
a. Jumlah pelaku lebih dari satu orang, artinya dalam sebuah interaksi sosial, setidaknya ada dua orang yang sedang bertemu dan mengadakan hubungan.
b. Ada komunikasi antarpelaku dengan menggunakan symbol –simbol, artinya dalam sebuah interaksi sosial di dalamnya terdapat proses tukar menukar informasi atau biasa disebut dengan proses komunikasi dengan menggunakan isyarat atau tanda yang dimaknai dengan symbol –simbol yang hendak diungkapkan dalam komunikasi itu.
c. Ada dimensi waktu (masa lampau, masa kini, dan masa mendatang) yang menentukan sifat aksi yang sedang berlangsung, artinya dalam proses interaksi dibatasi oleh dimensi waktu sehingga dapat menentukan sifat aksi yang sedang dilakukan oleh orang –orang yang terlibat dalam interaksi.
d. Ada tujuan –tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut dengan yang diperkirakan oleh pengamat, artinya dalam sebuah interaksi sosial, orang –orang yang terlibat di dalamnya memiliki tujuan yang diinginkan oleh mereka.
5. Faktor –Faktor yang Mendasari Interaksi Sosial
Manusia adalah makhluk sosial. Setujukah kamu dengan pernyataan tersebut? Sebagaimana makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa keberadaan orang lain. Oleh karena itulah, manusia selalu mengadakan interaksi dengan manusia lainnya.
Selain membutuhkan orang lain, manusia melakukan interaksi terdorong adanya faktor –faktor tertentu. Faktor –faktor tersebut antara lain sugesti, imitasi, simpati, identifikasi, motivasi, dan empati.
a. Imitasi
Imitasi adalah tindakan meniru sikap, penampilan, pembicaraan, maupungaya hidup orang lain. Proses imitasi pertama kali terjadi dalam pergaulankeluarga. Misalnya, seorang anak meniru kebiasaan orang tuanya dalam hal cara berbicara dan berpakaian.
Bermula dari lingkungan keluarga, proses imitasi berkembang semakin luas dalam masyarakat. Berbagai media massa yang menyajikan beragam informasi juga berpengaruh mempercepat proses imitasi dalam masyarakat. Syarat terjadinya proses imitasi ialah sebagai berikut.
1) Sesuatu yang ditiru harus mendapatkan perhatian orang lain. Misalnya, model potongan rambut seorang artis yang menarik perhatian banyak orang, maka akan ditiru oleh banyak orang pula.
2) Harus ada sikap menjunjung tinggi atau mengagumi hal –hal yang ditiru. Misalnya, sekelompok orang yang mengagumi RATU. Karena kekaguman tersebut mereka akan meniru segala atribut yang dipakai RATU.
3) Taraf pengertian yang cukup mengenai hal –hal yang ditiru. Misalnya, sekelompok anak muda akan meniru lagu –lagu tertentu yang popular apabila dia memahami lagu –lagu tersebut.
Model yang ditiru dapat bersifat positif maupun negatif. Oleh karena itu, proses imitasi dapat mengarah ke hal –hal positif atau negatif. Apabila imitasi mengarah ke hal –hal yang baik, maka dampaknya pun positif. Kondisi masyarakat akan semakin stabil dan harmonis sehingga tercipta keselarasan dan keteraturan sosial.
Namun, apabila proses imitasi mengarah ke hal –hal yang negatif, maka dampaknya akan buruk. Imitasi negatif dapat menyebabkan berbagai penyimpangan sehingga melemahkan sendi –sendi kehidupan sosial.
Oleh karena itu, agar proses imitasi tidak mengarah negatif diperlukan kondi sisosial yang baik. Kondisi yang baik berupa berkembangnya sistem, norma, dan nilai yang mampu menunjang sendi –sendi kehidupan masyarakat.
b. Identifikasi
Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi ‘sama’ dengan orang lain yang menjadi idolanya. Identifikasi merupakan bentuk lebih lanjut dari imitasi dan sugesti. Dengan identifikasi seseorang mencoba menempatkan diri dalam keadaan orang lain, atau ‘mengidentikkan’ dirinya dengan orang lain.
Proses identifikasi ini tidak hanya meniru pada perilakunya saja, bahkan menerima kepercayaan dan nilai yang dianut orang lain tersebut menjadi kepercayaan dan nilainya sendiri. Jadi, proses identifikasi dapat membentuk kepribadian seseorang.
c. Sugesti
Sugesti adalah pemberian pengaruh pandangan seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu, sehingga orang tersebut mengikuti pandangan/pengaruh tersebut tanpa berpikir panjang. Sugesti biasanya dilakukan dari orang –orang yang berwibawa dan mempunyai pengaruh besardi lingkungan sosialnya.
Cepat atau lambat proses sugesti tergantung pada usia, kepribadian, kemampuan intelektual, dan kemampuan fisik seseorang. Sugesti dapat berupa berbagai bentuk sikap atau tindakan seperti perilaku, pendapat, saran, dan pertanyaan. Reklame dan iklan yang dimuat di media cetak, atau media elektronik juga merupakan salah satu bentuk sugesti yang bersifat massal.
Contoh: iklan sampo yang diperagakan oleh seorang yang seolah –olah rambutnya rontok, setelah memakai sampo tersebut rambutnya menjadi kuat/tidak rontok dan tebal.
d. Motivasi
Motivasi dalam suatu interaksi sosial merupakan dorongan yang mendasari seseorang untuk melakukan perbuatan berdasarkan pertimbangan rasionalistis. Sebagai contohnya, seseorang bekerja keras siang dan malam bertujuan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Motivasi dalam diri seseorang dapat muncul disebabkan faktor atau pengaruh dari orang lain sehingga individu melakukan kontak dengan orang lain.
e. Simpati
Simpati adalah perasaan ‘tertarik’ yang timbul dalam diri seseorang dan kemampuan untuk merasakan diri kita seolah –olah berada dalam keadaan orang lain. Simpati bisa disampaikan kepada seseorang, kelompok, atau institusi.
Dalam simpati seseorang ikut larut merasakan apa yang dialami, dilakukan, dan di derita oleh orang lain. Misalnya kita merasa sedih melihat penderitaan saudara –saudara kita yang tertimpa musibah gempa dan tsunami di daerah Pangandaran, Tasikmalaya, Jawa Barat.
f. Empati
Empati adalah proses kejiwaan seorang individu untuk larut dalam perasaan orang lain baik suka maupun duka. Contoh: kalau kita melihat orang lain mendapat musibah, kita seolah –olah ikut menderita.
6. Tingkat Hubungan dalam Interaksi Sosial
Interaksi sosial yang terjadi di masyarakat memiliki tingkat hubungan berbeda –beda. Tingkat hubungan itu ditunjukkan dengan intensitas hubungan yang berlangsung di antara pihak –pihak yang berinteraksi. Ada dua tingkat hubungan dalam interaksi sosial, yaitu tingkat dangkal dan tingkat dalam.
a. Tingkat Hubungan Dangkal
Tingkat hubungan dangkal hanya berlangsung sesaat, tidak berkesinambungan, dan tidak menimbulkan jalinan. Contohnya, hubungan antara penjual dan pembeli di pasar.
b. Tingkat Hubungan Dalam
Interaksi sosial jenis ini berlangsung terus –menerus tanpa batas, berkesinambungan, dan ada jalinan. Misalnya, interaksi antara seorang anak dengan orang tuanya, atau antara dua remaja yang saling jatuh cinta.
7. Tahapan dalam Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan suatu proses sosial. Dalam hal ini, terdapat tahapan yang bisa mendekatkan dan tahapan yang bisa merenggangkan orang –orang yang saling berinteraksi. Tahap yang mendekatkan diawali dari tahap memulai (initiating), menjajaki (experimenting), meningkatkan (intensifying), menyatu padukan (integrating), dan mempertalikan (bonding).
Contohnya, pada saat Anda memulai masuk sekolah, kemudian menjajaki hubungan dengan orang lain melalui tegur sapa, saling berkenalan, dan bercerita. Hasil penjajakan ini dapat menjadi dasar untuk memutuskan apakah hubungan Anda akan ditingkatkan atau tidak dilanjutkan.
Jika hubungan sudah semakin meningkat, biasanya muncul perasaan yang sama atau menyatu untuk kemudian menjalin tali persahabatan. Pada tahap yang meregangkan, dimulai tahap membeda –bedakan (differentiating), membatasi (circumscribing), menahan (stagnating), menghindari (avoiding), dan memutuskan (terminating). Contohnya, di antara dua orang yang dahulunya selalu bersama. Kemudian, mulai melakukan kegiatan sendiri –sendiri.
Oleh karena sering tidak bersama lagi, pembicaraan di antara mereka pun mulai dibatasi. Dalam hal ini, antarindividu mulai saling menahan sehingga tidak terjadi lagi komunikasi. Hubungan lebih mengarah pada terjadinya konflik sehingga walaupun ada komunikasi hanya dilakukan secara terpaksa.