Sikap Antisosial : Pengertian, Bentuk, Ciri, Sebab Terjadinya, dan Masalah Sosial + Konsekuensinya
Ada pernyataan yang mengungkapkan bahwa “manusia baru dapat dikatakan sebagai manusia yang sebenarnya, apabila ada dalam masyarakat.” Sepanjang hayat dikandung badan, orang tidak akan lepas dari masyarakat, bergaul (sosialisasi), mencari nafkah, serta menerima pengaruh dari lingkungan sosial yang disebut masyarakat.
Seseorang akan mengenal orang lain, dan paling utama mengenal diri sendiri selaku anggota masyarakat. Kepentingan yang melekat pada diri seseorang (sebagai pribadi) menjadi dasar interaksi sosial yang mewujudkan masyarakat sebagai wadahnya. Itulah hakikat manusia sebagai makhluk sosial atau dikenal dengan istilah homo socius.
1. Pengertian Sikap Antisosial
Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki dan mampu menumbuh kembangkan serta memelihara nilai –nilai yang mencirikan kemanusiaannya. Walaupun secara fisik ia sebagai makhluk manusia, apabila ia tidak memiliki atau tidak mampu menumbuh kembangkan dan memelihara nilai –nilai yang mencirikan kemanusiaannya, dapat dikatakan sebagai manusia yang antikemanusiaan atau disebut juga dengan antisosial.
Sikap antisosial adalah bentuk sikap seseorang yang secara sadar atau tidak sadar tidak dapat menyesuaikan diri dengan norma –norma dan nilai –nilai sosial dalam masyarakat.
Menurut Kartasapoetra, sikap antisosial merupakan sebab dan juga sebaliknya sebagai akibat dari terjadinya perilaku menyimpang. Atau dapat dikatakan sikap antisosial ini merupakan produk –produk dari perilaku menyimpang. Perilaku menyimpangm enimbulkan akibat pada kondisi psikologis manusia menjadi tidak sesuai dengan norma yang berlaku.
Sosial (socius) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti “mengenai kemanusiaan.” Dengan demikian, secara sederhana antisosial dapat dikatakan sebagai antikemanusiaan. Ciri-ciri manusia adalah suka bergaul di tengah-tengah manusia lain untuk saling berinteraksi dan bersosialisasi, mulai lingkungan yang terdekat seperti keluarga sampai lingkungan yang lebih luas, yaitu masyarakat umum.
Segala tindakan dan perilakunya ditujukan untuk bisa berinteraksi dan bersosialisasi dengan manusia lain. Apabila tindakan dan perilakunya tersebut tidak sesuai dengan nilai dan norma yang tumbuh dan berlaku di masyarakat, dapat dikatakan sebagai sikap-sikap antisosial.
Secara harfiah, sikap antisosial lebih mengarah kepada arti manusia yang bersifat makro yaitu animal kingdom. Dalam hal ini, manusia diartikan sebagai binatang yang tidak memiliki sifat –sifat kemanusiaan.
Adapun antara manusia dan makhluk lainnya (binatang) terdapat batas yang membedakan, yaitu manusia diberikan kemampuan akal untuk berpikir yang melahirkan kebudayaan. Dengan budayanya inilah, makhluk manusia memisahkan diri dari kelompok binatang yang tidak memiliki kemampuan akal untuk berpikir.
Sikap antisosial yang dimaksud dalam sosiologi lebih mengarah pada kontradiktif atau menentang kepada aturan –aturan atau norma –norma yang sedang berlaku di masyarakat. Apabila aturan –aturan atau norma –norma tersebut telah tersosialisasikan dalam diri manusia, ia tidak akan bersifat antisosial.
2. Bentuk –Bentuk Sikap Antisosial
Dalam masyarakat ada beberapa bentuk sikap antisosial yang pada tingkatan tertentu dapat menimbulkan keresahan dalam masyarakat, yaitu sebagai berikut.
a. Sikap Antisosial yang Muncul karena Deviasi Situasional
Deviasi situasional merupakan fungsi pengaruh kekuatan –kekuatan situasi di luar individu atau dalam situasi di mana individu merupakan bagian yang integral di dalamnya.
Situasi sosial adalah keadaan yang berhubungan dengan tingkah laku seseorang di mana tekanan, pembatasan, dan rangsangan –rangsangan yang datang dari orang atau kelompok di luar diri orang itu relatif lebih dinamik daripada faktor –faktor internal yang menimbulkan respon terhadap hal –hal tersebut. Deviasi situasional akan selalu kembali apabila situasinya berulang.
Dalam hal itu deviasi dapatmenjadi kumulatif. Bentuk sikap antisosial yang muncul adalah sebagai berikut.
- Tekanan batin yang dialami oleh perempuan –perempuan yang mengalami masa menopause.
- Deviasi seksual yang terjadi karena seseorang menunda perkawinan.
- Tingkah laku kasar pada golongan remaja.
- Homoseksualitas yang terjadi pada narapidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan.
- Degradasi moral atau demoralisasi karena kata –kata keras dan radikal yang keluar dari mulut pekerja –pekerja yang tidak mempunyai pekerjaan di tempat kerjanya.
b. Sikap Antisosial yang Muncul karena Deviasi Biologis
Deviasi biologis merupakan faktor pembatas yang tidak memungkinkan memberikan persepsi atau menimbulkan respon –respon tertentu. Gangguan terjadi apabila individu tidak dapat melakukan peranan sosial tertentu yang sangat perlu.
Pembatasan karena gangguan –gangguan itu bersifat transkultural (menyeluruh di seluruh dunia). Beberapa bentuk deferensiasi biologis yang dapat menimbulkan deviasi biologis adalah sebagai berikut.
- Disfungsi tubuh yang tidak dapat dikontrol lagi, seperti epilepsi, tremor, dan sebagainya.
- Ciri –ciri karena gangguan fisik, seperti kehilangan anggota tubuh, gangguan sensorik, dan lain sebagainya.
- Ciri –ciri biologis yang aneh, cacat karena luka, cacat karena kelahiran, anak kembar, dan lain sebagainya.
- Ciri –ciri ras, seperti tinggi badan, roman muka, bentuk badan, dan lain –lain.
Gambar Anak Kembar
Kembar merupakan ciri biologis yang aneh.
Adapun bentuk sikap antisosial yang muncul adalah sebagai berikut :
1) Rasisme, yaitu suatu sikap yang didasarkan pada kepercayaan bahwa suatu ciri yang dapat diamati dan dianggap diwarisi seperti warna kulit merupakan suatu tanda perihal inferioritas yang membenarkan perlakuan diskriminasi terhadap orang –orang yang mempunyai ciri –ciri tersebut.
2) Stereotip, yaitu citra kaku mengenai suatu ras atau budaya yang dianut tanpa memerhatikan kebenaran citra tersebut. Misalnya stereotip masyarakat Jawa adalah lemah lembut dan lamban dalam melakukan sesuatu. Stereotip tersebut tidak selalu benar, karena tidak semua orang Jawa memiliki sifat tersebut.
3) Egoisme, yaitu suatu bentuk sikap di mana seseorang merasa dirinya adalah yang paling unggul atas segalanya dan tidak ada orang atau benda apapun yang mampu menjadi pesaingnya.
4) Rasialisme, yaitu suatu penerapan sikap diskriminasi terhadap kelompok ras lain. Misalnya diskriminasi ras yang pernah terjadi di Afrika Selatan.
c. Sikap Antisosial yang Muncul karena Deviasi Individual
Deviasi individual bersumber pada faktor –faktor yang terdapat pada diri seseorang, misalnya pembawaan, penyakit kecelakaan yang dialami oleh seseorang, atau karena pengaruh sosiokultural yang bersifat unik terhadap individu. Adapun bentuk –bentuk sikap antisosial tersebut antara lain sebagai berikut.
1) Pelanggar, yaitu orang yang melanggar norma –norma umum atau masyarakat yang berlaku.
2) Pembangkang, yaitu orang yang tidak mau tunduk kepada peringatan orang –orang yang berwenang dilingkungan tersebut.
3) Pembandel, yaitu orang yang tidak mau tunduk kepada nasihat –nasihat orang yang ada di sekelilingnya agar mau merubah pendiriannya.
4) Penjahat, yaitu orang yang mengabaikan norma –norma umum atau masyarakat, berbuat sekehendak hati yang dapat menimbulkan kerugian –kerugian harta atau jiwa di lingkungannya ataupun di luar lingkungannya, sehingga para anggota masyarakat meningkatkan kewaspadaan dan selalu bersiap –siap untuk menghadapinya.
d. Sikap Antisosial yang Bersifat Sosiokultural
Beberapa bentuk sikap antisosial yang bersifat sosiokultural, yaitu:
- Fanatisme, yaitu suatu sikap yang mencintai atau menyukai suatu hal secara berlebihan. Mereka tidak mempedulikan apapun yang dipandang lebih baik daripada hal yang disenangi tersebut.
- Sekularisme, yaitu suatu sikap yang lebih mengedepankan hal –hal yang bersifat nonagamis, seperti teknologi, ilmu pengetahuan, sehingga kebutuhan agamis seakan –akan dikesampingkan.
- Diskriminasi, yaitu suatu sikap yang merupakan usaha untuk membedakan secara sengaja terhadap golongan –golongan yang berkaitan dengan kepentingan –kepentingan tertentu. Dalam diskriminasi, golongan tertentu diperlakukan berbeda dengan golongan –golongan lain. Pembedaan itu dapat didasarkan pada suku bangsa, agama, mayoritas, atau bahkan minoritas dalam masyarakat.
- Hedonisme, yaitu suatu sikap manusia yang mendasarkan diri pada pola kehidupan yang serba mewah, glamour, dan menempatkan kesenangan materiil di atas segala –galanya. Tindakan yang baik menurut hedonisme adalah tindakan yang menghasilkan kenikmatan.