Sosiologi Sebagai Ilmu: Pengertian, Syarat, Ciri/Sifat, Hakekat, Objek Kajian, Orientasi Masalah, Tujuan dan Manfaatnya
https://blogips-sosiologi.blogspot.com/2018/01/sosiologi-sebagai-ilmu-pengetahuan.html
Advertisement
Baca Juga:
Mudik bukanlah tradisi asing bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Menjelang hari raya, ketika sekolah dan tempat kerja memasuki hari libur, orang berbondong-bondong menuju terminal bus, stasiun kereta api, pelabuhan, atau bandar udara. Semua ingin mudik. Bayangan kebahagiaan berkumpul di hari raya bersama handai taulan mendorong mereka untuk ingin segera sampai di rumah. Berdesakan dengan calon penumpang lain dan berebut tiket kendaraan mereka lakukan asal bisa sampai ke tempat tujuan.
Mereka yang membawa kendaraan sendiri rela beriringan dalam deretan panjang yang melelahkan. Inilah upaya yang berat tetapi tidak dipusingkan oleh para pemudik. Setiba di kampung, segala kepenatan akan hilang. Yang ada hanyalah rasa bahagia. Pada saat mudik, terjadilah perpindahan massa yang sangat besar. Para pemudik bergerak dari kota tempat ia mencari nafkah menuju ke tempat asalnya.
Di tempat asal, mereka mengenalkan budaya kota kepada sanak kerabatnya. Kontak budaya yang terjadi memungkinkan diadopsinya berbagai bentuk budaya baru. Kehidupan di tempat asal pelan-pelan berubah dengan adanya budaya baru yang datang dari kota. Mudik merupakan fenomena sosial yang dapat dikaji dari sudut pandang sosiologi.
Mengapa orang berbondong-bondong pulang kampung saat menjelang hari raya? Apakah yang mendorong para pemudik mau bersusah payah kembali ke tempat asalnya? Bagaimana upaya mereka agar dapat sampai ke kampung halaman? Supaya dapat menjawab pertanyaan di atas, terlebih dahulu kalian pahami pengertian sosiologi sebagai sebuah ilmu.
Pengertian Sosiologi Sebagai Ilmu Pengetahuan
Kata sosiologi berasal dari bahasa Latin, yaitu ”socius” dan ”logos”. Socius artinya teman, dan logos artinya berbicara, mengajar, atau ilmu. Jadi, secara etimologis sosiologi berarti ilmu tentang teman. Dalam hal ini, teman dapat diartikan sebagai kawan atau lawan. Umpamanya, seorang pesaing dalam lomba matematika, juga termasuk socius.
Dengan demikian, sosiologi mempunyai lingkup yang lebih luas menjadi ilmu pengetahuan tentang pergaulan hidup manusia atau masyarakat. Sosiologi sebagai ilmu lahir pada abad XIX. Pelopornya seorang ahli filsafat Prancis bernama Auguste Comte (1798–1857). Dalam karyanya yang berjudul Course of Positive Phylosophy (1844), Auguste Comte menyebut kajian tentang kehidupan sosial manusia dengan kata sosiologi. Bangsa Barat memberinya gelar Bapak Sosiologi Modern.
Karena manusia yang menjadi objek kajian sosiologi itu bersifat dinamis, maka para pemikir dapat meninjaunya dari berbagai sudut pandang. Lahirlah berbagai definisi tentang sosiologi. Ambil contoh definisi yang diajukan oleh Peter L. Berger seperti dikutip oleh Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1999). Dia mengatakan bahwa sosiologi itu ilmu yang mempelajari hubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok.
Mari kita simak definisi lain yang diajukan Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (1964). Beliau berdua membatasi pengertian sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari struktur sosial, proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Sedangkan Pitirim A. Sorokin seperti dikutip oleh Soerjono Soekanto (1989) menjelaskan bahwa sosiologi adalah:
■ Hubungan maupun pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala nonsosial. Contoh: pengaruh iklim terhadap watak manusia, dan lain-lain.
■ Ciri-ciri umum dari semua jenis gejala atau fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat.
■ Hubungan maupun pengaruh timbal balik antara berbagai gejala sosial. Contoh: gejala ekonomi dengan agama, hukum dengan ekonomi, dan lain-lain.
Syarat Sosiologi Sebagai Ilmu Pengetahuan
Setiap kejadian atau peristiwa yang terjadi dalam masyarakat akan menjadi pengetahuan bagi anggotanya. Suatu pengetahuan ada yang tersusun secara sistematis dan ada yang tidak. Suatu pengetahuan yang tersusun secara sistematis, menggunakan pemikiran, dan dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain disebut dengan ilmu atau lebih dikenal dengan istilah ilmu pengetahuan.
Menurut Soerjono Soekanto, ilmu pengetahuan dapat didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran (logika), pengetahuan mana haruslah objektif, artinya selalu dapat diperiksa dan diuji secara kritis oleh orang lain.
Jadi, tidak semua pengetahuan dapat disebut sebagai ilmu, melainkan hanya pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan teruji kebenarannyalah yang disebut dengan ilmu pengetahuan.
|
Apakah sosiologi merupakan ilmu pengetahuan?
Sejak pertama dicetuskan istilah sosiologi, para pelopor sosiologi beranggapan bahwa sosiologi merupakan suatu ilmu pengetahuan. Namun apakah hal itu benar? Untuk mengetahuinya, mari kita lihat syarat-syarat sebuah ilmu pengetahuan. Menurut para ahli, syarat ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut.
■ Kumpulan pengetahuan (knowledge).
■ Tersusun secara sistematis.
■ Menggunakan pemikiran (logis dan rasional).
■ Terbuka terhadap kritik (objektif).
Apakah syarat-syarat di atas dimiliki oleh sosiologi? Mari kita telaah bersama-sama.
Sosiologi merupakan pengetahuan tentang fenomena masyarakat, seperti interaksi sosial, aturan-aturan dalam kehidupan masyarakat, pertikaian atau konflik, perubahan sosial, dan sebagainya.
Sosiologi tersusun secara sistematis. Artinya mempunyai sistematika tertentu dengan unsur-unsur yang merupakan suatu kebulatan. Misalnya, pembahasan tentang interaksi sosial mempunyai kaitan dengan norma sosial karena interaksi sosial membutuhkan aturan-aturan tertentu. Meskipun demikian, sistematika yang dimaksud dalam pembahasan sosiologi itu bersifat dinamis yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Sosiologi merupakan hasil pemikiran yang biasanya bersumber dari fakta-fakta atau kejadian-kejadian yang ada dalam masyarakat. Pada bagian sejarah perkembangan sosiologi sudah terlihat jelas munculnya sosiologi sebagai hasil dari pemikiran para ahli terhadap situasi dan kondisi masyarakat. Fenomena masyarakat itu dikaji oleh pikiran, bukan oleh perasaan. Setiap kajian sosiologi, misalnya perubahan sosial, akan dimulai dengan pertanyaan mengapa terjadi perubahan dalam masyarakat? Siapa yang melakukan perubahan? Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya perubahan? Dan sejumlah pertanyaan lain yang dijawab dengan menggunakan pikiran.
Pengetahuan sosiologi, sistematika sosiologi, dan pemikiran sosiologi dapat ditelaah oleh masyarakat luas. Oleh karena itu, sosiologi dikatakan bersifat objektif. Namun apabila terjadi perbedaan pandangan dalam suatu fenomena yang terjadi di masyarakat, hal itu karena adanya perbedaan paradigma atau perbedaan sudut pandang. Dan sosiologi tidak mempermasalahkan adanya perbedaan itu.
Sosiologi telah memenuhi syarat-syarat ilmu seperti dikemukakan di atas. Oleh karena itulah sosiologi dapat disebut sebagai ilmu. Sosiologi sebagai ilmu berdiri sendiri yang objeknya masyarakat.
|
Karakteristik Sosiologi Sebagai Ilmu Pengetahuan
Setiap ilmu mempunyai karakteristik atau ciri atau sifat yang khas. Demikian juga sosiologi. Menurut Harry M. Johnsin dalam bukunya Sociology A Systematic Introduction (1960) seperti dikutip oleh Soerjono Soekanto (1989), karakteristik keilmuan sosiologi itu sebagai berikut.
■ Sosiologi bersifat empiris
Artinya ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada observasi (pengamatan) terhadap keyakinan dan akal sehat, serta hasilnya tidak bersifat spekulatif, melainkan objektif.
■ Sosiologi bersifat teoretis
Artinya ilmu pengetahuan itu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi. Abstraksi merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis serta bertujuan untuk menjelaskan antarhubungan dan sebab akibat, sehingga menjadi teori.
■ Sosiologi bersifat kumulatif
Artinya teori-teori sosiologi dibentuk berdasarkan teori-teori yang sudah ada. Jadi sosiologi memperbaiki, memperluas, dan memperhalus teori-teori yang sudah ada itu.
■ Sosiologi bersifat nonetis
Artinya yang menjadi inti persoalan dalam sosiologi bukanlah baik buruknya suatu fakta, melainkan tujuan yang hendak dicapai dengan menjelaskan fakta tersebut.
Hakekat Sosiologi Sebagai Ilmu Pengetahuan
Sosiologi ditelaah dari sudut hakikatnya, maka akan dijumpai beberapa petunjuk yang dapat membantu kita untuk menetapkan ilmu pengetahuan macam apakah sosiologi itu. Apakah hakikat sosiologi itu? Hakikat sosiologi adalah sebagai berikut.
■ Sosiologi merupakan ilmu sosial, bukan ilmu alam atau kerohanian.
■ Sosiologi bersifat kategoris, bukan normatif. Artinya, sosiologi membatasi pada peristiwa yang terjadi, bukan mengenai apa yang seharusnya terjadi. Sosiologi tidak menetapkan arah sesuatu seharusnya berkembang dalam arti memberikan petunjuk-petunjuk yang menyangkut kebijaksanaan kemasyarakatan dari proses kehidupan bersama.
■ Sosiologi merupakan ilmu murni (pure science), bukan terapan. Adapun yang dimaksud pure science adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan membentuk dan mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak serta hanya untuk mempertinggi mutu. Artinya sosiologi bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan sedalam-dalamnya tentang masyarakat dan bukan untuk mempergunakan pengetahuan tersebut terhadap masyarakat.
■ Sosiologi adalah ilmu yang abstrak bukan konkret. Artinya, yang diperhatikan sosiologi adalah bentuk dan pola-pola peristiwa dalam masyarakat.
■ Sosiologi bertujuan mendapatkan pola-pola umum. Sosiologi meneliti dan mencari dasar yang menjadi prinsip atau hukum-hukum umum dari interaksi antarmanusia.
■ Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan empiris-rasional dilihat dari metode yang digunakan.
■ Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang umum, bukan khusus. Artinya, sosiologi mempelajari gejala umum dan selalu ada pada setiap interaksi antarmanusia.
Objek Kajian Sosiologi Sebagai Ilmu Pengetahuan
Objek kajian sosiologi ada dua macam, yaitu objek material dan objek formal.
■ Objek Material
Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala-gejala dan proses hubungan antara manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu sendiri.
■ Objek Formal
Objek formal sosiologi lebih ditekankan pada manusia sebagai makhluk sosial atau masyarakat. Dengan demikian objek formal sosiologi adalah hubungan manusia antara manusia serta proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.
Orientasi Masalah Sosiologi
Orientasi masalah sosilogi adalah tinjauan masalah dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Masyarakat sebagai sebuah sistem kehidupan yang kompleks memiliki masalah–masalah yang kompleks pula. Sosiologi melihat segi orientasi masalah, maka sebagiannya dapat dipaparkan sebagai berikut:
■ Organisasi sosial
Terdiri atas komunitas, stratifikasi sosial, institusi, struktur sosial, industri, tenaga kerja, militer.
■ Relasi antar kelompok
Terdiri ras dan etnik, pengelolaan antar tenaga kerja, antar bangsa dan kepercayaan.
■ Disorganisasi sosial
Terdiri atas tindak kriminal, kenakalan remaja, penyalanggunaan obat bius, prostitusi, mabuk minuman keras dan kemiskinan.
■ Perubahan sosial
Terdiri atas gerakan sosial, perubahan teknologi dan mobilitas sosial.
■ Relasi antar manusia
Terdiri atas dinamika kelompok, sociometry dan sosialisasi.
■ Pendapat umum dan masyarakat setempat
Terdiri atas pengukuran pendapat umum, penelitian pasar, studi tentang minat atau moral, dan komuniksasi massa.
■ Kependudukan
Terdiri atas data statistik, migrasi dan profesi.
■ Keluarga
Meliputi permasalahan hubungan perkawinan, relasi anak dan orang tua dan pemenuhan kebutuhan hidup.
■ Kota–desa
Meliputi orientasi permasalahan masalah perkotaan, studi kawasa, ekologi manusia, dan analisis masyarakat setempat.
■ Psikologi sosial
Orientasi masalah mengenai perkembangan individu, ilmu jiwa massa, ksesehatan mental dan tingkah laku kolektif.
■ Studi wilayah
Mengkaji wilayah tertentu seperti, Eropa, Asia, Negara-negara maju dan terbelakang.
Tujuan Sosiologi
Sebagai bagian dari ilmu sosial, objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari hubungan antarmanusia dan proses yang timbul akibat dari hubungan tersebut. Fokus utama sosiologi dari objek masyarakat tersebut adalah gejala, proses pem bentukan, serta mempertahankan kehidupan masyarakat, juga proses runtuhnya sistem hubungan antarmanusia.
Dengan demikian, objek sosiologi terbagi atas dua kategori, yaitu objek material dan objek formal. Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial manusia dan gejala serta proses hubungan antarmanusia yang memengaruhi hubungan sosial dalam kesatuan hidup manusia. Objek formalnya meliputi:
a. pengertian tentang sikap dan tindakan manusia terhadap lingkungan hidup manusia dalam kehidupan sosialnya melalui penjelasan ilmiah;
b. meningkatkan keharmonisan dalam hidup bermasyarakat;
c. meningkatkan kerja sama antarmanusia.
Dilihat dari objeknya tersebut, jelaslah bahwa tujuan sosiologi adalah untuk meningkatkan kemampuan manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya.
|
Jadi, objek formalnya tersebut berfungsi sebagai penuntun adaptasi di masyarakat. Mengembangkan pengetahuan yang objektif mengenai gejala-gejala kemasyarakatan yang dapat di manfaatkan secara efektif untuk memecahkan masalah-masalah sosial (problem solving).
Contohnya, jika seseorang ingin menjalin hubungan dengan masyarakat lain, selayaknya ia harus mempelajari dahulu sifat dan karakter masyarakat tersebut. Dengan mengetahui sifat dan karakter individu lain, serta kebiasaan di masyarakat, akan memudahkan seseorang untuk bersosialisasi dan berinteraksi.
Bisa digambarkan bahwa objek sosiologi ibarat seseorang yang memancing. Ikan, pancing dan cara-cara memancing sudah diberitahukan sebelumnya. Orang tersebut tinggal menggunakan cara-cara dan pancing untuk mendapatkan ikannya. Jadi objek sosiologi terdiri atas masyarakat dan nilai-nilai aturan yang sudah ada.
Manfaat Mempelajari Ilmu Sosiologi
Manfaat apa yang dapat kamu petik dan rasakan dengan mempelajari sosiologi? Berikut ini disebutkan beberapa manfaat mempelajari sosiologi.
1. Dengan mempelajari sosiologi, kita akan dapat melihat dengan lebih jelas siapa diri kita, baik sebagai pribadi maupun (dan terutama) sebagai anggota kelompok atau masyarakat.
2. Sosiologi membantu kita untuk mampu mengkaji tempat kita dalam masyarakat, serta dapat melihat ‘dunia’ atau ‘budaya’ lain yang belum kita ketahui sebelumnya.
3. Sosiologi membantu kita mendapatkan pengetahuan tentang berbagai bentuk interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat, baik antarindividu, antarkelompok, maupun antarindividu dan kelompok.
4. Sosiologi membantu mengontrol dan mengendalikan tindakan dan perilaku sosial tiap anggota masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
5. Dengan bantuan sosiologi, kita akan semakin memahami norma, tradisi, keyakinan, dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat lain, serta memahami perbedaan-perbedaan yang ada. Tanpa hal itu perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat akan menjadi alasan untuk timbulnya konflik di antara anggota masyarakat.
6. Akhirnya, bagi kita sebagai generasi penerus bangsa, mempelajari sosiologi membuat kita lebih tanggap, kritis, dan rasional menghadapi gejala-gejala sosial dalam masyarakat yang dewasa ini semakin kompleks, serta mampu mengambil sikap dan tindakan yang tepat dan akurat terhadap setiap situasi sosial yang kita hadapi sehari-hari.