Kepribadian : Pengertian Menurut Para Ahli, Faktor Pembentuk, Unsur, Tahapan, dan Teori Perkembangannya
Kita sering mendengar bahwa seseorang memiliki banyak kepribadian, namun istilah pengertian dalam kalimat tersebut adalah salah pakai, karena kepribadian seseorang mencakup semua karekteristik perilaku orang itu. Yang benar adalah bahwa seseorang tidak mempunyai lebih banyak kepribadian yang berbeda dari yang lain.
1. Pengertian Kepribadian
Pada dasarnya, kepribadian diartikan sebagai suatu kebiasaan dan sikap yang bersifat tetap serta menjadi karakteristik dalam diri seseorang. Kepribadian menentukan bagaimana seseorang berpikir, merasa dan bertindak dalam kehidupan sehari –harinya.
Kepribadian merupakan ciri perwatakan seseorang yang khas dan konsisten yang memberikan identitas tertentu sehingga berbeda dengan orang lain. Seperti yang telah diuraikan dalam pembahasan di atas, kepribadian terbentuk melalui proses panjang karena berlangsung melalui fase –fase sosialisasi yang melibatkan unsure –unsur fisik, psikologis, dan sosiologis.
Kepribadian merupakan gambaran secara umum dari perilaku seorang individu yang sangat khas yang dapat terlihat dari perilaku sehari –hari. Wujud nyata dari kepribadian dapat berupa banyak hal antara lain perangai, sikap, atau perilaku, tutur kata, persepsi, kegemaran, keimanan, dan sebagainya.
Berikut ini definisi kepribadian menurut para ahli.
a. Koentjaraningrat
Menurut Koentjaraningrat, kepribadian adalah beberapa ciri watak yang diperlihatkan seseorang secara lahir, konsisten, dan konsekuen dalam bertingkah laku, sehingga individu memiliki identitas khusus yang berbeda dengan orang lain. Adanya kepribadian dalam diri seseorang tidaklah semata –mata diperoleh sejak lahir, namun lingkungan sosial ikut berperan dalam pembentukannya.
Dalam hal ini, kepribadian seseorang diperoleh karena adanya proses sosialisasi dimana individu belajar dari lingkungan sosial sedikit demi sedikit, bagaimana bertingkah laku dan mengenal kebudayaan masyarakat. Misalnya, anak belajar bergaul, menghormati orang tuanya, menghormati hak milik orang lain, berlaku jujur, rajin beribadah, dan lain –lain.
b. M.A.W. Brower
Kepribadian adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini, dan sikap –sikap seseorang.
c. George Herbert Mead
Menyatakan bahwa kepribadian manusia terjadi melalui perkembangan diri. Perkembangan kepribadian dalam diri seseorang berlangsung seumur hidup. Menurutnya, manusia yang baru lahir belum mempunyai diri. Diri manusia akan berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat.
d. Yinger
Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi.
e. Roucek and Waren
Kepribadian ialah kepribadian sebagai organisasi faktor –faktor biologis, psikologi dan sosiologis yang mendasari prilaku seorang individu. Faktor –faktor bilogis itu meliputi keadaan fisik, sistem syaraf, watak, seksual, proses pendewasaan individu yang bersangkutan, dan kelainan –kelainan biologis lainnya sedangkan faktor –faktor psikologis dapat meliputi faktor unsur temperamen, perasaan, keterampilan, kemampuan belajar, keinginan dan sebagainya.
f. Theodore R. Newcombe
Menjelaskan bahwa kepribadian adalah organisasi sikap –sikap (predispositions) yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
g. Robert Sutherland (dkk)
Menganggap bahwa kepribadian merupakan abstraksi individu dan kelakuannya sebagaimana halnya dengan masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian kepribadian digambarkan sebagai hubungan saling memengaruhi antara tiga aspek tersebut.
h. Cuber
Kepribadian adalah gabungan keseluruhan dari sifat –sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh seseorang.
Kesimpulan dari berbagai definisi tersebut dapat dikatakan bahwa kepribadian sesungguhnya merupakan integrasi dari kecenderungan seseorang untuk berperasaan, bersikap, bertindak, dan berperilaku sosial tertentu. Dengan demikian, kepribadian memberi watak yang khas bagi individu dalam kehidupan sehari –hari.
Kepribadian bukanlah perilaku, namun kepribadianlah yang membentuk perilaku manusia, sehingga dapat dilihat dari cara berpikir, berbicara, atau berperilaku. Kepribadian lebih berada dalam alam psikis (jiwa) seseorang yang diperlihatkan melalui perilaku.
Contohnya, jika seseorang harus menyelesai kan perselisihan yang terjadi antara dua orang. Keinginannya untuk menyelesaikan perselisihan merupakan kepribadiannya.
Adapun tindakannya untuk mewujudkan keinginan tersebut merupakan perilakunya. Kepribadian mencakup kebiasaan, sikap, dan sifat seseorang yang khas dan berkembang apabila berhubungan dengan orang lain.
2. Faktor –faktor Pembentuk Kepribadian
Terbentuknya kepribadian setiap individu dipengaruhi oleh faktor –faktor biologis, lingkungan fisik, kebudayaan, dan pengalaman –pengalaman. Faktor biologis dapat berupa keadaan jasmani ibu selama mengandung bayi dan faktor warisan biologis.
Berbagai faktor itu membentuk kebiasaan, sikap, dan sifat yang khas pada setiap orang. Kepribadian seseorang selalu berkembang sejalan dengan berbagai pengaruh yang ia peroleh melalui proses sosialisasi dan interaksi dengan orang lain.
a. Faktor Prakelahiran (Prenatal)
Sebelum dilahirkan, seorang anak manusia berada dalam kandungan selama kira –kira sembilan bulan sepuluh hari. Selama masa itu, terdapat beberapa hal yang dapat memengaruhi perkembangan calon individu.
Penyakit yang diderita ibunya, seperti sipilis, diabetes, dan kanker dapat memengaruhi pertumbuhan mental, penglihatan, dan pendengaran bayi dalam kandungan. Keadaan kandungan ibu juga dapat memengaruhi perkembangan kepribadian anak yang akan dilahirkan.
Kondisi daerah pinggul ibu dapat memengaruhi pertumbuhan bayi selama dalam kandungan. Akibat kondisi yang tidak menguntungkan, dapat menyebabkan bayi lahir cacat atau kidal. Keterkejutan keras (shock), saat lahir dapat pula mengakibatkan bayi itu memiliki kelambanan dalam berpikir. Semua itu dapat memengaruhi pembentukan kepribadian.
b. Faktor Keturunan (heredity) Warisan Biologis
Semua manusia yang normal dan sehat memiliki persamaan biologis tertentu, seperti memiliki dua tangan, panca indra, kelenjar seksual, dan otak yang rumit. Persamaan biologis ini membantu menjelaskan beberapa persamaan dalam kepribadian dan perilaku semua orang.
Setiap orang memiliki warisan biologis yang berbeda satu dengan lainnya. Faktor keturunan berperan terhadap keramah tamahan, perilaku kompulsif (dipaksakan), dan kemudahan dalam pergaulan sosial. Akan tetapi faktor keturunan tidak berpengaruh terhadap terbentuknya kepemimpinan, pengendalian diri, dorongan hati, sikap, dan nilai.
Faktor keturunan yang berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian yang terpenting adalah perbedaan intelegensi dan kematangan biologis. Bakat memerlukan anjuran, pelatihan, dan pengajaran untuk dapat dikembangkan dalam kehidupan sosial.
Misalnya seseorang yang memiliki bakat menyanyi belum tentu ia kelak menjadi penyanyi jika tidak dilatih secara terus –menerus dan dikembangkan dalam lingkungan kehidupan.
c. Faktor Lingkungan Alam (Natural Environment)
Perbedaan iklim, topografi, dan sumber daya alam menyebabkan manusia harus menyesuaikan diri terhadap alam. Melalui penyesuaian diri itu, dengan sendirinya pola perilaku masyarakat dan kebudayaannya dipengaruhi oleh alam.
Misalnya orang yang hidup di pinggir pantai dengan mata pencaharian sebagai nelayan mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang yang tinggal didaerah pertanian. Mereka memiliki nada bicara yang lebih keras daripada orang –orang yang tinggal di daerah pertanian, karena harus menyamai dengan debur suara ombak.
d. Faktor Sosial (Social Environment)
Di samping keadaan alam memengaruhi kebudayaan, kebudayaan pun bisa memengaruhi alam. Perbedaan kebudayaan dalam setiap masyarakat dapat memengaruhi kepribadian seseorang. Misalnya kebudayaan petani, kebudayaan kota, dan kebudayaan industri tertentu memperlihatkan corak kepribadiany ang berbeda –beda.
Di masyarakat kadang –kadang terdapat karakteristik kepribadian umum, namun tidak berarti semua anggota termasuk di dalamnya. Kepribadian umum merupakan serangkaian ciri kepribadian yang dimiliki oleh sebagian besar anggota kelompok sosial yang bersangkutan.
e. Pengalaman Unik (Unique Experience)
Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang lain, walaupun orang itu berasal dari keluarga yang sama, dibesarkan dalam kebudayaan yang sama, serta mempunyai lingkungan fisik yang sama pula.
Walaupun mereka pernah mendapatkan pengalaman yang serupa dalam beberapa hal, namun berbeda dalam beberapa hal lainnya. Mengingat pengalaman setiap orang adalah unik dan tidak ada pengalaman siapapun yang secara sempurna menyamainya.
Menurut Paul B. Horton, pengalaman tidaklah sekedar bertambah, akan tetapi menyatu. Pengalaman yang telah dilewati memberikan warna tersendiri dalam kepribadian dan menyatu dalam kepribadian itu, setelah itu baru hadir pengalaman berikutnya.
f. Faktor Kelompok Manusia (Group)
Kepribadian seseorang juga dipengaruhi oleh adanya kelompok manusia lainnya. Hal itu dikarenakan kodrat manusia sebagai makhluk sosial yang tidak mungkin dapat hidup sendiri. Kelompok manusia pertama yang memengaruhi kepribadian anak adalah keluarga, tetangga, teman sepermainan, dan sekolah.
g. Faktor Kejiwaan
Faktor kejiwaan tidak bersumber pada faktor biologis tetapi bersumber pada proses interaksi dan sosialisasi dengan masyarakat. Sebagai hasil dari proses sosial, faktor kejiwaan yang berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian seseorang adalah terdiri atas motivasi dan kebutuhan untuk berprestasi atau need for achievement yang disingkat n ach.
3. Unsur –unsur Kepribadian
a. Perasaan
Perasaan adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang menghasilkan penilaian positif atau negatif terhadap sesuatu. Bentuk penilaiannya selalu bersifat subjektif karena lebih didasarkan pada pertimbangan manusiawi daripada rasional. Perasaan mengisi penuh kesadaran manusia tiap saat dalam hidupnya.
b. Pengetahuan
Pengetahuan individu terisi dengan fantasi, pemahaman, dan konsep yang lahir dari pengamatan dan pengalaman mengenai bermacam –macam hal yang berbeda dalam lingkungan individu tersebut. Semua itu direkam dalam otak dan diungkapkan dalam bentuk perilaku.
c. Dorongan Naluri
Dorongan Naluri adalah kemauan yang sudah merupakan naluri pada setiap manusia. Sedikitnya ada enam macam dorongan naluri, yaitu:
1) Dorongan mempertahankan hidup;
2) Dorongan untuk berinteraksi;
3) Dorongan untuk meniru;
4) Dorongan untuk berbakti;
5) Dorongan seksual;
6) Dorongan akan keindahan.
4. Tahap –Tahap Perkembangan Kepribadian
Tahap –tahap perkembangan kepribadian setiap individu tidak dapat disamakan satu dengan yang lainnya. Tetapi secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut.
a. Fase Pertama
Fase pertama dimulai sejak anak berusia satu sampai dua tahun, ketika anak mulai mengenal dirinya sendiri. Pada fase ini, kita dapat membedakan kepribadian seseorang menjadi dua bagian penting, yaitu sebagai berikut.
1) Bagian yang pertama berisi unsure –unsur dasar atas berbagai sikap yang disebut dengan attitudes yang kurang lebih bersifat permanen dan tidak mudah berubah dikemudian hari.
Unsur –unsur itu adalah struktur dasar kepribadian (basic personality structure) dan capital personality. Kedua unsur ini merupakan sifat dasar dari manusia yang telah dimiliki sebagai warisan biologis Dari orang tuanya.
2) Bagian kedua berisi unsure –unsur yang terdiri atas keyakinan –keyakinan atau anggapan –anggapan yang lebih fleksibel yang sifatnya mudah berubah atau dapat ditinjau kembali di kemudian hari.
b. Fase Kedua
Fase ini merupakan fase yang sangat efektif dalam membentuk dan mengembangkan bakat –bakat yang ada pada diri seorang anak. Fase ini diawali dari usia dua sampai tiga tahun. Fase ini merupakan fase perkembangan di mana rasa aku yang telah dimiliki seorang anak mulai berkembang karakternya sesuai dengan tipe pergaulan yang ada di lingkungannya, termasuk struktur tata nilai maupun struktur budayanya.
Fase ini berlangsung relatif panjang hingga anak menjelang masa kedewasaannya sampai kepribadian tersebut mulai tampak dengan tipe –tipe perilaku yang khas yang tampak dalam hal –hal berikut ini.
- Dorongan –Dorongan (Drives)
- Naluri (Instinct)
- Perangai
- Bakat (Talent)
- Getaran Hati (Emosi)
- Inteligensi (Intelligence Quentient –IQ)
c. Fase Ketiga
Pada proses perkembangan kepribadian seseorang, fase ini merupakan fase terakhir yang ditandai dengan semakin stabilnya perilaku –perilaku yang khas dari orang tersebut. Pada fase ketiga terjadi perkembangan yang relatif tetap, yaitu dengan terbentuknya perilaku –perilaku yang khas sebagai perwujudan kepribadian yang bersifat abstrak.
Setelah kepribadian terbentuk secara permanen, maka dapat diklasifikasikan tiga tipe kepribadian, yaitu kepribadian normatif, kepribadian otoriter, dan kepribadian perbatasan.
- Kepribadian Normatif (Normative Man)
Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian yang ideal, di mana seseorang mempunyai prinsip –prinsip yang kuat untuk menerapkan nilai –nilai sentral yang ada dalam dirinya sebagai hasil sosialisasi pada masa sebelumnya.
Seseorang memiliki kepribadian normatif apabila terjadi proses sosialisasi antara perlakuan terhadap dirinya dan perlakuan terhadap orang lain sesuai dengan tata nilai yang ada di dalam masyarakat. Tipe ini ditandai dengan kemampuan menyesuaikan diri yang sangat tinggi dan dapat menampung banyak aspirasi dari orang lain.
- Kepribadian Perbatasan (Marginal Man)
Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian yang relative labil di mana ciri khas dari prinsip –prinsip dan perilakunya seringkali mengalami perubahan –perubahan, sehingga seolah –olah seseorang itu mempunyai lebih dari satu corak kepribadian.
Seseorang dikatakan memiliki kepribadian perbatasan apabila orang ini memiliki dualisme budaya, misalnya karena proses perkawinan atau karena situasi tertentu hingga mereka harus mengabdi pada dua struktur budaya masyarakat yang berbeda.
- Kepribadian Otoriter (Otoriter Man)
Tipe ini terbentuk melalui proses sosialisasi individu yang lebih mementingkan kepentingan diri sendiri daripada kepentingan orang lain. Situasi ini sering terjadi pada anak tunggal, anak yang sejak kecil mendapat dukungan dan perlindungan yang lebih dari lingkungan orang –orang di sekitarnya, serta anak yang sejak kecil memimpin kelompoknya.
5. Teori –Teori Perkembangan Kepribadian
Ada beberapa teori yang membahas mengenai perkembangan kepribadian dalam proses sosialisasi, yaitu :
a. Teori Cermin Diri
Teori Cermin Diri (The Looking Glass Self) ini dikemukakan oleh Charles H. Cooley. Teori ini merupakan gambaran bahwa seseorang hanya bisa berkembang dengan bantuan orang lain. Setiap orang menggambarkan diri mereka sendiri dengan cara bagaimana orang –orang lain memandang mereka.
Misalnya ada orang tua dan keluarga yang mengatakan bahwa anak gadisnya cantik. Jika hal itu sering diulang secara konsisten oleh orang –orang yang berbeda –beda, akhirnya gadis tersebut akan merasa dan bertindak seperti seorang yang cantik.
Ada tiga langkah dalam proses pembentukan cermin diri.
1) Imajinasi tentang pandangan orang lain terhadap diri seseorang, seperti bagaimana pakaian atau tingkahlakunya di mata orang lain.
2) Imajinasi terhadap penilaian orang lain tentang apa yang terdapat pada diri masing –masing orang. Misalnya, pakaian yang dipakai.
3) Perasaan seseorang tentang penilaian –penilaian itu, seperti bangga, kecewa, gembira, atau rendah diri.
b. Teori Ralph dan Conton
Teori ini mengatakan bahwa setiap kebudayaan menekankan serangkaian pengaruh umum terhadap individu yang tumbuh di bawah kebudayaan itu. Pengaruh –pengaruh ini berbeda antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain, tetapi semuanya merupakan bagian dari pengalaman bagi setiap orang yang termasuk dalam masyarakat tertentu (Horton, 1993:97).
Setiap masyarakatakan memberikan pengalaman tertentu yang tidak diberikan oleh masyarakat lain kepada anggotanya. Dari pengalaman sosial itu timbul pembentukan kepribadian yang khas dari masyarakat tersebut. Selanjutnya dari pembentukan kepribadian yang khas ini kita mengenal ciri umum masyarakat tertentu sebagai wujud kepribadian masyarakat tersebut.
c. Teori Tabula Rasa
Pada tahun 1690, John Locke mengemukakan Teori Tabula Rasa dalam bukunya yang berjudul “ An Essay Concerning Human Understanding.” Menurut teori ini, manusia yang baru lahir seperti batu tulis yang bersih dan akan menjadi seperti apa kepribadian seseorang ditentukan oleh pengalaman yang didapatkannya.
Teori ini mengandaikan bahwa semua individu pada waktu lahir mempunyai potensi kepribadian yang sama. Kepribadian seseorang setelah itu semata –mata hasil pengalaman sesudah lahir (Haviland,1989:398).
Perbedaan pengalaman yang dialami seseorang itulah yang menyebabkan adanya bermacam –macam kepribadian dan adanya perbedaan kepribadian antara individu yang satu dengan individu yang lain. Teori tersebut tidak dapat diterima seluruhnya.
d. Teori Subkultural Soerjono Soekanto
Teori ini mencoba melihat kaitan antara kebudayaan dan kepribadian dalam ruang lingkup yang lebih sempit, yaitu kebudayaan khusus (subcultural). Dia menyebutkan ada beberapa tipe kebudayaan khusus yang memengaruhi kepribadian, yaitu sebagai berikut.
- Kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan
- Kebudayaan khusus kelas social
- Kebudayaan khusus atas dasar pekerjaan atau keahlian
- Kebudayaan khusus atas dasar agama
- Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda
e. Teori Diri Antisosial
Teori ini dikemukakan oleh Sigmund Freud. Dia berpendapat bahwa diri manusia mempunyai tiga bagian, yaitu id, superego, dan ego.
1) Id adalah pusat nafsu serta dorongan yang bersifat naluriah, tidak sosial, rakus, dan antisosial.
2) Ego adalah bagian yang bersifat sadar dan rasional yang mengatur pengendalian superego terhadap id. Ego secara kasar dapat disebut sebagai akal pikiran.
3) Superego adalah kompleks dari cita –cita dan nilai –nilai sosial yang dihayati seseorang serta membentuk hati nurani atau disebut sebagai kesadaran sosial.
Gagasan pokok teori ini adalah bahwa masyarakat atau lingkungan sosial selamanya akan mengalami konflik dengan kedirian dan selamanya menghalangi seseorang untuk mencapai kesenangannya.
Masyarakat selalu menghambat pengungkapan agresi, nafsu seksual, dan dorongan –dorongan lainnya atau dengan kata lain, id selalu berperang dengan superego. Id biasanya ditekan tetapi sewaktu –waktu ia akan lepas menantang superego, sehingga menyebabkan beban rasa bersalah yang sulit dipikul oleh diri.
Kecemasan yang mencekam diri seseorang itu dapat diukur dengan bertitik tolak pada jauhnya superego berkuasa terhadap id dan ego. Dengan cara demikian, Freud menekankan aspek –aspek tekanan jiwa dan frustasi sebagai akibat hidup berkelompok.