6 Macam Hubungan Antar Realitas Sosial dan Contohnya Lengkap
https://blogips-sosiologi.blogspot.com/2018/06/hubungan-antar-realitas-sosial.html
Advertisement
Baca Juga:
Enam aspek di atas saling berhubungan, saling memengaruhi, dan saling menentukan. Aspek yang satu berpengaruh terhadap aspek yang lain, dan sebaliknya. Hubungan yang terjadi antaranggota masyarakat, mencerminkan adanya hubungan antarrealitas sosial yang ada.
Misalnya, ketika Anda bergaul sesama teman sehari-hari di sekolah maupun di rumah, pasti berbeda dengan cara Anda bergaul dengan guru. Dalam pergaulan itu berbagai kenyataan sosial yang melatarbelakangi Anda, teman, dan guru Anda sangat berpengaruh.
Apabila bergaul dengan sesama teman, Anda lebih bebas, misalnya dengan menyebut namanya secara langsung. Akan tetapi, dalam bergaul dengan guru, Anda tidak mungkin melakukan hal itu, kecuali kalau ingin disebut anak yang tidak sopan.
Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa setiap unsur realitas sosial saling berhubungan. Berikut ini dijelaskan adanya hubungan antarrealitas sosial itu.
#1 Hubungan antara Nilai Sosial dengan Interaksi Sosial
Berlangsungnya suatu interaksi sosial di masyarakat tidak dapat dilepaskan dari pengaruh nilai-nilai yang berlaku di masyarakat itu. Hal ini terjadi karena seseorang dalam bertindak harus memperhatikan prinsip-prinsip yang berlaku. Misalnya, ketika ada orang asing menanyakan alamat tertentu, maka dengan senang hati Anda akan menjawabnya sejelas mungkin. Itu karena tindakan Anda didasari oleh kesadaran menjunjung tinggi nilai tolong-menolong.
#2 Hubungan antara Norma Sosial dengan Interaksi Sosial
Agar pergaulan dalam masyarakat tertib dan teratur dibutuhkan aturan-aturan atau norma-norma yang dapat mengarahkan interaksi sosial. Sebaliknya, interaksi sosial yang dilakukan seseorang akan selalu dipengaruhi oleh normanorma yang berlaku.
#3 Hubungan antara Status dan Peranan Sosial dengan Interaksi Sosial
Setiap orang memiliki status dan peran tertentu di dalam masyarakat yang harus dijalankannya. Seorang yang berstatus sebagai ustad atau pendeta memiliki peran sebagai pembimbing masyarakat dalam kehidupan beragama. Dengan peran sebagai pembimbing, maka tingkah laku atau tindakan sosial seorang pemuka agama tersebut harus mencerminkan perilaku yang dapat dicontoh.
Di sinilah terlihat hubungan antara status dan peran sosial dengan interaksi sosial. Status sosial memberi bentuk dan pola terhadap interaksi sosial. Perbedaan antara status dan peran sosial menimbulkan konsekuensi terhadap tindakan dan interaksi sosial.
Misalnya, dalam hal hubungan antara orang yang lebih tua dengan seorang anak yang lebih muda. Orang yang lebih tua memanggil seorang anak cukup dengan menyebut namanya langsung, tetapi seorang anak kalau memanggil orang yang lebih tua harus menyebut dengan kata “pak”, “kak”, atau “om” walaupun tidak ada hubungan kekeluargaan atau kekerabatan antarkeduanya.
Dalam lingkungan yang lebih luas, misalnya dalam pergaulan di antara warga masyarakat Jawa. Perbedaan status dan peran sosial juga memengaruhi pola berinteraksi. Seorang warga masyarakat biasa, apabila harus menemui seorang pejabat harus berdiri dengan sedikit membungkuk dan kedua tangan menjuntai di depan sambil jari-jemarinya berjalinan (ngapurancang).
#4 Hubungan antara Kebutuhan Dasar, Norma, dan Institusi Sosial
Manusia yang tinggal di dalam suatu masyarakat memiliki kebutuhan dasar, salah satunya yaitu pengaturan ikatan kekeluargaan. Untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan itu, diciptakanlah seperangkat norma. Norma seperti ini, mungkin berbeda dengan norma sejenis yang dimiliki masyarakat lain. Misalnya serangkaian norma itu adalah:
□ seorang lelaki yang telah cukup dewasa dapat menikahi seorang wanita yang cukup dewasa,
□ pernikahan di antara lelaki dan wanita berdasarkan rasa cinta yang tulus,
□ pernikahan diatur sesuai dengan kepercayaan yang mereka anut,
□ seorang lelaki hanya boleh menikahi seorang perempuan, dan sebaliknya,
□ pergaulan lelaki dan wanita tidak boleh melanggar batas tertentu apabila keduanya belum menikah,
□ seorang suami wajib memberi nafkah lahir dan batin kepada istrinya.
□ seorang istri wajib patuh kepada suaminya, dan
□ apabila terpaksa terjadi perceraian, maka diselesaikan melalui pengadilan yang akan menentukan hak dan kewajiban masing-masing.
Semua norma itu saling berkaitan dan membentuk suatu rangkaian norma yang disebut sebagai institusi perkawinan atau pranata keluarga.
#5 Hubungan antara Peran Sosial dengan Kebudayaan
Peran sosial tidak terjadi secara naluriah, tetapi dipelajari dari kebudayaan masyarakat. Kebudayaanlah yang menentukan bagaimana seharusnya setiap orang berperan. Orang mempelajari banyak peran selama masa kanak-kanaknya dengan mengamati orang tuanya dan orang dewasa lainnya.
#6 Hubungan antara Kelas Sosial dengan Interaksi Sosial
Kelas sosial memengaruhi tingkah laku seseorang, nilai-nilai yang dianut, dan gaya hidup orang yang berada dalam kelas sosial tersebut. Orang-orang yang berasal dari kelas atas misalnya. Orang-orang kelas atas menyadari akan posisi mereka yang istimewa dan mencoba menjaga keistimewaan itu dengan melakukan perkawinan hanya dengan orang-orang yang berasal dari kelas mereka sendiri.
Lain lagi dengan orang-orang dari kelas bawah yang pada umumnya kurang berpendidikan, mereka bekerja pada bidang-bidang yang tidak membutuhkan keterampilan khusus.