Sejarah Perkembangan Ilmu Sosiologi Sesudah Auguste Comte
https://blogips-sosiologi.blogspot.com/2017/12/perkembangan-sosiologi-setelah-comte.html
Advertisement
Baca Juga:
Sosiologi merupakan salah satu cabang ilmu sosial. Adapun yang dimaksud dengan ilmu sosial ialah keseluruhan disiplin ilmu yang berhubungan dengan manusia, yang di dalamnya terdapat unsur dalam membentuk kehidupan masyarakat dan budaya. Seperti ilmu-ilmu sosial yang lain, pada awalnya sosiologi merupakan bagian dari filsafat sosial.
Hal ini disebabkan karena pada saat itu pembahasan tentang masyarakat hanya berkisar pada hal-hal yang menarik perhatian umum saja, seperti perang, konflik sosial, dan kekuasaan dalam kelas-kelas penguasa. Dengan demikian pada perkembangan selanjutnya, pembahasan tentang masyarakat, meningkat pada cakupan yang lebih mendalam, yakni menyangkut susunan kehidupan yang diharapkan, dan norma-norma yang harus ditaati oleh seluruh anggota masyarakat.
Pada abad ke-19, seorang filsuf Prancis bernama Auguste Comte (1798–1857) mengemukakan kekhawatirannya atas keadaan masyarakat Prancis setelah pecahnya Revolusi Prancis. Dampak revolusi tersebut, selain menimbulkan perubahan positif dengan munculnya iklim demokrasi, revolusi juga telah mendatangkan perubahan negatif berupa konflik antarkelas yang mengarah pada anarkisme di dalam masyarakat Prancis.
Konflik ini dilatar belakangi oleh ketidaktahuan masyarakatnya dalam mengatasi perubahan atau hukum-hukum seperti yang dapat digunakan untuk mengatur stabilitas masyarakat. Atas dasar ini, Comte menyarankan agar penelitian tentang masyarakat perlu ditingkatkan menjadi sebuah ilmu yang berdiri sendiri dengan penelitiannya yang didasarkan pada metode ilmiah.
Dari sinilah lahir sosiologi sebagai ilmu yang paling muda dalam ilmu-ilmu sosial. Istilah sosiologi dipopulerkan Comte dalam bukunya yang berjudul Cours de Philosophie Positive (1830), yang dalam buku tersebut dijelaskan bahwa objek sosiologi adalah manusia atau masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian, Auguste Comte bisa dikategorikan sebagai salah satu pendiri sosiologi.
Apa yang diusahakan oleh Comte tersebut mendapat perhatian secara luas oleh ilmuwan-ilmuwan lain yang tertarik pada masalah-masalah sosial seperti Herbert Spencer (Inggris), Emile Durkheim (Perancis), Max Weber (Jerman), dan lain sebagainya. Akhirnya beberapa tokoh tersebut sepakat untuk menyebut ilmu pengetahuan yang mengkaji masalah-masalah sosial dengan istilah sosiologi. Pada akhir abad ke-20 ilmu sosiologi mengalami perkembangan yang sangat menggembirakan.
Di Indonesia, sebelum kemerdekaan sesungguhnya kajian-kajian tentang sosiologi sudah sering dilakukan. Di beberapa lembaga perguruan tinggi, sosiologi diajarkan sebagai pelengkap mata kuliah ilmu hukum. Setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada tahun 1948, untuk pertama kalinya seorang ilmuwan Indonesia, Soenario Kolopaking, mengajarkan sosiologi kepada para mahasiswa Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta.
Di Indonesia, sebelum kemerdekaan sesungguhnya kajian-kajian tentang sosiologi sudah sering dilakukan. Di beberapa lembaga perguruan tinggi, sosiologi diajarkan sebagai pelengkap mata kuliah ilmu hukum. Setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada tahun 1948, untuk pertama kalinya seorang ilmuwan Indonesia, Soenario Kolopaking, mengajarkan sosiologi kepada para mahasiswa Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta.
Tidak lama setelah itu sosiologi mengalami perkembangan yang sangat pesat yang ditandai dengan munculnya sosiolog-sosiolog berkebangsaan Indonesia seperti Djody Gondokusumo, Hasan Shadily, Selo Soemardjan, Soelaeman Soemardi, dan lain sebagainya.
Sosiologi sebagai ilmu, tentunya memiliki kriteria-kriteria keilmuan, yaitu sebagai berikut.
■ Empiris, yang penelitiannya tentang masyarakat didasarkan pada hasil observasi (pengalaman).
■ Teoretis, dibangun dari konsep-konsep hasil observasi dan logis serta memiliki tujuan untuk menjelaskan hubungan sebab–akibat.
■ Kumulatif, yang teorinya dibangun berdasarkan teori-teori sebelumnya dengan tujuan memperbaiki, memperluas, dan memperhalus teori lama.
■ Nonetis, dilakukan bukan untuk mencari baik buruknya suatu fakta, melainkan menjelaskannya secara analitis.
Sejalan dengan perkembangan masyarakat yang ditandai dengan semakin kompleksnya unsur-unsur kemasyarakatan, sosiologi dipersempit menjadi bidang-bidang:
1. Sosiologi Industri,
2. Sosiologi Ekonomi,
3. Sosiologi Kesehatan,
4. Sosiologi Militer,
5. Sosiologi Politik,
6. Sosiologi Pendidikan,
7. Sosiologi Budaya,
8. Sosiologi Agama,
9. Sosiologi Perkotaan dan Pedesaan,
10. Sosiologi Hukum, dan
11. Sosiologi Pertanian.